Apa yang bisa ku lakukan saat ku rasa harapan yang ku impikan tak kunjung ku temukan?? Aku ingin sekali melakukan suatu hal yang bisa membuat kau bangga akan diriku. Tapi apa?? Aku tak mampu menemukannya. Harapan itu masih terus bersembunyi diantara jutaan bintang. Mengajak ku untuk menelusuri satu per satu impian yang pantas untuk ku wujudkan. Ku rasa aku terlalu cepat berputus asa saat aku memikirkan jalan menuju impian ku cukup sulit. Baru memikirkannya saja ku rasa pikiran ku sudah terseok seok.
Memang kondisi fisik ku tak mendukung untuk melakukan suatu hal. 15 tahun yang lalu aku dillahirkan tanpa kedua kaki. Keadaan ku sempat membuat sedih kedua orang tua ku, tapi tak lantas memutuskan kasih sayang mereka. Siang malam mereka memberikan kasih sayang itu, tak mengenal kata putus. Kini usia ku makin bertambah, menyadarkan ku untuk segera membahagiakan kedua orang tua ku. Aku terjebak diantara keadaan , memaksa ku untuk berpikir ulang akan kebahagiaan itu. Tiba tiba ide itu menyapa ku saat aku termenung menatap bintang malam ini. Percikan sinarnya mampu membuka kunci hilang yang ku cari selama ini. Ya, aku akan melakukannya. Aku percaya aku bisa dan mampu.
Perlahan tapi pasti aku mencoba berbagai keterampilan yang terbuat dari berbagai daun yang dikeringkan. Berkali kali aku mencoba dan selalu gagal. Perasaan putus asa menyerang ku dan mencoba mengajak ku untuk tak usah lagi berusaha. Ku hiraukan perasaan itu. Pernahkah kedua orang tua ku berputus asa saat mencoba membangkitkan semangat ku agar aku tak malu dengan kondisi ku?? tidak. Lantas, bagaimana mungkin aku bisa dengan ringannya berputus asa begitu saja. Sungguh hal yang begitu memalukan bila aku melakukan itu.
3 tahun lamanya aku mempelajari seluk beluk mengenai berbagai macam daun. Mengikuti berbagai perlombaan, menciptakan berbagai kreasi unik menurut ku. Kecintaan ku pada daun daun kering ternyata mampu menyihir seorang wisatawan asing untuk mengajak ku lebih dalam mempelajari daun kering diluar negeri. Dengan pertimbangan penuh,aku menyetujuinya. Ketika aku sampai pada tempat tujuan ku, Eropa, ternyata disana sedang dalam musim gugur. Jatuhan demi jatuhan daun daun kering bagai kerlipan emas. Tak kulewatkan kesempatan itu untuk memunguti daun maple yang sudah ku impikan sejak awal aku meniti keterampilan ini.
Tak menunggu esok hari, aku segera membuat keterampilan pada daun maple yang kering. Ku pastikan daun maple pertama yang ku buat sampai pada kedua orang tua ku. Bertahun tahun aku meniti langkah dengan pasti. Mulai merambah pada bisnis. Tanpa sadar sudah banyak orang yang menganal diriku. Berbagai pertanyaan mulai muncul. Pendidikan terakhir, proses sampai aku berhasil sampai sekarang, yang berperan paling peting dalam hidup dan lainnya. Dari semua pertannyaan hanya satu pertanyaan yang paling ku sukai. Dari mana asal mu?? Dengan sejuta senyuman yang ku ukir, aku menjawab “aku berasal dari Indonesia”.
Ntahlah mengapa pertanyaan itu yang paling ku sukai. Ku rasa aku sangat mencintai negara ku. Aku bangga akan diriku yang bisa membawa nama negara dengan baik. Saat ini, ingin sekali ku teriakan kepada seluruh dunia “aku Risa, wanita berusia 23 tahun tanpa kaki berhasil membuat mu bangga akan diriku, Indonesia.”
Memang kondisi fisik ku tak mendukung untuk melakukan suatu hal. 15 tahun yang lalu aku dillahirkan tanpa kedua kaki. Keadaan ku sempat membuat sedih kedua orang tua ku, tapi tak lantas memutuskan kasih sayang mereka. Siang malam mereka memberikan kasih sayang itu, tak mengenal kata putus. Kini usia ku makin bertambah, menyadarkan ku untuk segera membahagiakan kedua orang tua ku. Aku terjebak diantara keadaan , memaksa ku untuk berpikir ulang akan kebahagiaan itu. Tiba tiba ide itu menyapa ku saat aku termenung menatap bintang malam ini. Percikan sinarnya mampu membuka kunci hilang yang ku cari selama ini. Ya, aku akan melakukannya. Aku percaya aku bisa dan mampu.
Perlahan tapi pasti aku mencoba berbagai keterampilan yang terbuat dari berbagai daun yang dikeringkan. Berkali kali aku mencoba dan selalu gagal. Perasaan putus asa menyerang ku dan mencoba mengajak ku untuk tak usah lagi berusaha. Ku hiraukan perasaan itu. Pernahkah kedua orang tua ku berputus asa saat mencoba membangkitkan semangat ku agar aku tak malu dengan kondisi ku?? tidak. Lantas, bagaimana mungkin aku bisa dengan ringannya berputus asa begitu saja. Sungguh hal yang begitu memalukan bila aku melakukan itu.
3 tahun lamanya aku mempelajari seluk beluk mengenai berbagai macam daun. Mengikuti berbagai perlombaan, menciptakan berbagai kreasi unik menurut ku. Kecintaan ku pada daun daun kering ternyata mampu menyihir seorang wisatawan asing untuk mengajak ku lebih dalam mempelajari daun kering diluar negeri. Dengan pertimbangan penuh,aku menyetujuinya. Ketika aku sampai pada tempat tujuan ku, Eropa, ternyata disana sedang dalam musim gugur. Jatuhan demi jatuhan daun daun kering bagai kerlipan emas. Tak kulewatkan kesempatan itu untuk memunguti daun maple yang sudah ku impikan sejak awal aku meniti keterampilan ini.
Tak menunggu esok hari, aku segera membuat keterampilan pada daun maple yang kering. Ku pastikan daun maple pertama yang ku buat sampai pada kedua orang tua ku. Bertahun tahun aku meniti langkah dengan pasti. Mulai merambah pada bisnis. Tanpa sadar sudah banyak orang yang menganal diriku. Berbagai pertanyaan mulai muncul. Pendidikan terakhir, proses sampai aku berhasil sampai sekarang, yang berperan paling peting dalam hidup dan lainnya. Dari semua pertannyaan hanya satu pertanyaan yang paling ku sukai. Dari mana asal mu?? Dengan sejuta senyuman yang ku ukir, aku menjawab “aku berasal dari Indonesia”.
Ntahlah mengapa pertanyaan itu yang paling ku sukai. Ku rasa aku sangat mencintai negara ku. Aku bangga akan diriku yang bisa membawa nama negara dengan baik. Saat ini, ingin sekali ku teriakan kepada seluruh dunia “aku Risa, wanita berusia 23 tahun tanpa kaki berhasil membuat mu bangga akan diriku, Indonesia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar