Rabu, 26 Juni 2013

Meraih Prestasi

Prestasi. Kata yang memiliki delapan huruf ini selalu menempel dalam memori otak ku. Kata sederhana ini ditempel oleh Ibu ku ketika aku pulang ke rumah seminggu yang lalu. Aku termenung di dekat jendela kamar ku, bagaimana caranya aku dapat meraih prestasi itu? Sedangkan, sekarang aku mulai malas membaca buku pelajaran. Aku juga masih merasa bermimpi dapat bersekolah disini. Di daerah kelahiran ku, akan tetapi Ayah dan Ibu ku menetap di luar kota karena urusan pekerjaan. Jadi terpaksa aku menginap di asrama sekolah. Sejujurnya, aku tidak menyukai ini. Karena aku tergolong anak yang manja. Hehe.

Lamunan ku terbuyar ketika ada yang mengetuk pintu kamar ku. Aku beranjak dari tempat tidur ku dan berjalan menuju pintu.

“Huh, aku kira tadi Ibu asrama. Eh, ternyata kamu. Ada apa, Fin?” Tanya ku kepada Fina.

“Aku takut tidur di kamar, ta. Jadi, malam ini aku tidur di kamar kamu ya. Boleh kan?” Ucap Fina sambil kesusahan membawa bantal dan selimut dari kamarnya.

“Boleh dong. Ayo masuk.” Aku mempersilahkan Fina masuk ke kamar ku.

Fina adalah teman baru ku disini. Dia juga dari luar kota sama seperti ku. Jam tua yang ku bawa dari rumah sudah menunjukkan pukul 21.00. Saatnya tidur. Selamat malam dunia. Selamat malam prestasi yang belum ku temukan.

**

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Ku lihat Fina masih mimpi indah di sebelah ku. Aku mencoba membangunkannya, karena ini sudah waktu Subuh. Namun Fina masih saja tidak terbangun. Aku pun meninggalkannya bergegas pergi ke mushola. Kalau sudah waktunya, pasti Fina akan bangun dengan sendirinya. Setelah aku mengerjakan sholat Subuh aku kembali ke kamar, dan melihat Fina sudah tidak ada di kamar. “Pasti dia sudah kembali ke kamar.” Ucap ku dalam hati. Di sekolah ini aku bukan hanya ingin menuntut ilmu, aku juga ingin meraih prestasi ku. Kini aku sudah siap ke sekolah, tinggal menunggu bus sekolah yang akan menjemput kami.

“Tiiiinnnnnn~Tiinnn..Tiinnn…Tiiinnn~” terdengar bunyi klakson bus sekolah yang akan mengantar kami ke sekolah tercinta.

Aku bersama Fina menuju kelas melewati koridor belakang. Koridor paling aman dari kakak-kakak senior. Sebab, kalau kami melewati koridor depan pasti jalan kami akan di halang-halangi oleh kakak-kakak senior yang sok ganteng itu. Kelas kami memang berada di belakang kelas-kelas yang lain, kelas terakhir yaitu X-G. Suasana kelas sangat ramai karena dihebohkan oleh sebuah poster. Aku mencoba melihat poster tersebut. Wow ! Ada perlombaan olimpiade Matematika yang di selenggarakan oleh sebuah Universitas ternama di kota ku. Sepertinya seru, tapi aku sangat lemah di pelajaran ini. Padahal aku juga ingin melanjutkan jurusan IPA di kelas XI nanti.

“Hey, Ta. Nama mu sudah ku dafrtarkan untuk mengikuti lomba itu.” Ucap Tristan sambil menunjuk poster olimpiade Matematika.

“Apa? Serius? Aku kan tidak pandai di bidang ini.” Ucap ku kaget.

“Apa salahnya kamu mencoba? Siapa tahu kamu bisa menang. Kan bonusnya bisa dibagi-bagi tuh.” Ucap Tristan sambil mengeluarkan ledekannya yang garing itu.

“Bilang aja kamu juga mau mencicipi bonusnya. Haha.” Aku membalas ledekan Tristan.

“Nah, itu kamu tahu.” Tristan dengan senyumannya mengacak-acak rambut ku.

Oke. Sepertinya mulai malam ini aku harus perbanyak belajar Matematika. Karena lomba itu akan diselenggarakan 3 hari lagi. Sore ini aku juga akan mendapat pembelajaran tambahan dari Ibu Sakinah untuk persiapan mengikuti olimpiade itu. Apakah ini merupakan jalan untuk meraih prestasi? Akan ku kejar prestasi itu hingga dapat.

Menurutku, hari ini di kelas X-G banyak mainnya dibanding belajarnya. Karena sebagian guru ada yang absen. Tetapi aku tetap fokus dengan buku Matematika ku. Ini apa ya? Kok hasilnya bisa begini? Pertanyaan demi pertanyaan terungkap dari mulutku. Aku tidak sabar ingin mendapat pembelajaran tambahan dari Ibu Sakinah, karena aku akan menanyakan semua itu kepada Ibu Sakinah. Pembelajaran terakhir pun selesai. Segera aku menuju laboratorium Matematika untuk menemui Ibu Sakinah. Ternyata sedikit sekali peminat yang mengikuti lomba ini. Hanya ada 6 orang, semuanya dari kelas X. Dan ternyata lomba ini di peruntukkan untuk anak-anak kelas X saja. Fiuuh, masih ada kesempatan untuk menggapai prestasi itu. Ibu Sakinah memulai pembelajaran. Dan soal-soal yang membuatku tidak mengerti, menjadi mengerti ketika Ibu Sakinah menjelaskannya. Sepertinya sekarang aku menyukai Matematika.
**
Setelah 2 hari rutin aku mengikuti pembelajaran tambahan, kini aku sangat percaya diri untuk mengikuti olimpiade Matematika. Aku bersama teman-teman lain berangkat dari sekolah menuju Universitas yang mengadakan lomba tersebut. Terlihat Fina menyemangati ku dengan teriakannya yang membuat orang di sebelah nya menutup telinga. Dan aku juga mendapat support dari someone special, siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Tristan, hehe. Aku tidak berharap menang dalam lomba ini, karena ada juga peserta dari sekolah lain yang mengikuti lomba ini.

Kami memasuki ruangan ber-AC yang bertuliskan “Tempat Pelaksaan Lomba”. Ruangan yang sangat besar dan luas. Aku menjadi gugup. Keringat ku bercucuran. Akan tetapi Ibu Sakinah selalu memberi semangat untuk kami agar tidak gugup dan tetap tenang. Waktu mengerjakan soal-soal pun dimulai. Soal yang berjumlah 50 pun siap ku santap. “Soal nya cetar membahana, buu.” Teriak ku dalam hati. Akan tetapi, aku tetap percaya diri dengan jawaban ku. Toh, kalau aku kalah juga tidak apa-apa. Ini juga pengalaman pertama ku mengikuti ajang olimpiade Matematika seperti ini. Waktu pun berlalu tanpa ku sadari. Aku pun telah selesai mengerjakan semua soal itu. Cukup membuat kepala ku pusing sepuluh keliling, hehe lebay ya. Aku pasrah akan hasil lomba itu. Sekarang yang ku lakukan hanyalah berdoa agar hasilnya cukup memuaskan.

Ayah dan Ibu ku sangat senang sekali ketika mengetahui aku mengikuti olimpiade Matematika ini. Karena setahu Ayah ku, aku sangat lemah di bidang ini. Maka dari itu mereka sangat mendukung ku dalam hal ini. Rencananya ketika pengumuman lomba itu, Ayah dan Ibu ku akan datang kesini untuk mengetahui siapa yang menang. Aku sangat senang, akhirnya mereka menjengukku disini.

Aku menceritakan semua pengalaman ku ketika mengikuti lomba kepada Fina dan Tristan.

“Ta, kamu bertemu sama cowok ganteng ga disana?” tanya Fina ingin tahu.

“Mana sempat aku bertemu cowok ganteng. Toh, disana kerjaan ku cuma menghadap buku Matematika doang.” Ucap ku santai.

“Widih, untung aja otak kamu ga meledak.” Tristan mulai meledek lagi.

“Hahahaha.” Aku dan Fina pura-pura tertawa seakan-akan apa yang dibicarakan Tristan sangatlah lucu.

**

Tidak terasa, hari pengumuman perlombaan pun tiba. Ayah dan Ibu sudah datang dari

luar kota. Sekarang aku merasakan keringat dingin yang menyambar tubuhku dan jantung ku

berdegup sangat kencang.

“Baiklah, disini saya akan menyebutkan juara pertama olimpiade Matematika tingkat

SMA. Dan pemenangnya adalah……..”

Tangan ku memegang erat lengan Ibu. Mata ku pun terpenjam.

“Dan yang menjadi juara pertama adalah Novitaria dari SMA N 1..”

WOW ! Apakah aku bermimpi? Nama ku disebut sebagai juara pertama. Kereenn. Aku

pun maju kedepan untuk mendapatkan sertifikat dan bonus. Yippie. Kini aku telah menemukan

prestasiku dan telah meraihnya. Aku tidak akan pernah menyerah untuk meraih prestasi ku di

bidang yang lainnya. SELAMAT VITA J

(Elsa Sinthiya Anggraeni_XG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar