Karya : Elsa Sinthiya Anggraeni
Kelas : XG
“Sahurr..Sahurr…Sahur…Bangun..Bangun…” terdengar teriakan
yang menyuruh kami untuk bangun. Ini adalah puasa hari ketiga dan sahur
pertama ku di asrama. Memang sedikit agak tidak enak didengar, ya ! kata
“asrama”. Kalian tahu? Setelah aku lulus di Sekolah Menengah Pertama,
aku melanjutkan sekolah ku di Sekolah Menengah Atas unggulan di daerah
ku. Waw. Aku sangat bangga, karena aku dapat diterima di sekolah
unggulan ini. Tapi, ada yang tidak mengenakkan bagi anak manja seperti
ku, ya ! Kami harus menginap di asrama. Apa boleh buat? Jika setelah
beberapa hari aku menginap di asrama dan aku tidak tahan untuk hidup di
asrama dan memutuskan untuk pulang, orang tua ku harus membayar ganti
rugi uang asrama ku ini. Mengapa begitu? Karena semua biaya sekolah ku
ini GRATIIS..TIS…TIS… Oh iya, aku hampir lupa, aku harus bangun dan
bergegas untuk makan sahur.“Eh, Chika.. Bangun donk. Sahurrr…” teriakku sambil mengguncang-guncang badan Chika.
“Uuhh.. Males nih. Makanan sahur kita apa, Cha?” Tanya Chika sambil mengucek-ngucek matanya.
“Meneketehek. Emang nya aku juru masak disini. Toh inikan sahur pertama kita disini.” Jelas ku kepada Chika.
“Huh, ya udah. Ayo kita ke ruang makan. Sepertinya yang lain sudah ada disana.” Ajak Chika sambil menarik tangan ku.
Hoaaamm… Mataku masih mengantuk. Rasanya aku masih ingin membaringkan badan ku di tempat tidur. Tapi? Tidak mungkin. Ini bukan di rumah, tapi di asrama. Aku tidak menghabiskan makanan ku. Jujur saja, di asrama aku tidak selera makan. Mengapa? Masakannya beda dengan masakan punya ibu ku di rumah.
“Echa, makanannya kok tidak dihabiskan?” Tanya Cherlin kepada ku.
“Aku tidak selera makan.” Jawabku sambil memain-mainkan sendok dan garpu yang ada di tangan ku.
“Cha, kalo kamu makannya sedikit nanti kamu malah sakit.” Ucap Cherlin sambil menghabisakan makanannya.
“Tapi, Cher? Aku tidak suka makan ini. Aku mau masakan ibu ku.” Aku terisak menangis.
“Echa, kamu tidak boleh seperti itu. Ya inilah resiko kita menginap di asrama. Makanannya di habiskan ya?” Cherlin menghapus airmata ku.
Aku terdiam sejenak.
“Eum, baiklah.” Aku menghabiskan makananku.
“Nah, begitu donk. Ini baru Echa yang aku kenal dari SMP J”
Aku berjanji, aku harus menjadi anak yang mandiri, aku tidak boleh cengeng J.
“Echaaa…..” teriak Ghia meringis dihadapan ku.
“Lho kenapa?” Tanya ku heran.
“Aku tidak mau makan, aku mau nya makanan yang dimasak oleh ibu ku.” Ledek Ghia.
“Eeerrgghh.. Bilang saja kau meledekku kan? Heuh.. Sini kamu ! Aku gelitik nih..” ucap ku sambil mengejar Ghia.
“Hahahaha.. Ampunn..Ampuunn…” ucap Ghia sambil tertawa geli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar