Karya: Amalia Rahmatianti
Langkah kaki kecil itu merapuh Terus mencari apa yang ia ingini
Tapak demi tapak kakinya menyentuh tanah
Tanpa sedikitpun ragu, ia terus mencari
Serpihan demi serpihan, ia gali satu per satu
Tapi yang ditemukan hanyalah seonggok lonceng tua
Yang mengingatkanya pada panggilan belajar saat dulu
Tong... tong... tong...
Anak kecil itu membunyikan lonceng karat itu
Kemudian sunyi,
Tak ada lagi anak-anak yang berlarian menuju kelas seperti dulu
Ditatapnya nanar lonceng itu
Berharap sang lonceng bisa bercerita padanya
Tentang mengapa tak ada lagi anak-anak yang berlarian
Diedarkannya pandangan mata ke sekelilingnya
Bak lautan sampah, puing-puing bangunan itu kini berserakan dimana-mana
Seolah menyesaki hati si anak kecil
“Dimana sekolahku?
Dimana tempatku belajar dulu”, tanya sang anak pada hati kecilnya
Tapi sayangnya tak ada jawaban
Hanya terdengar angin yang menerbangkan kertas-kertas putih
Gedung kokoh yang dulu tempatnya menimba ilmu
Kini berubah menjadi lautan serpihan masa lalu
Semuanya telah hancur, menggunung ibarat tumpukan sampah
Kembali sang anak melihat ke sampingnya, ditatapnya dengan miris
Diejanya satu per satu kata pada sebuah papan putih di sana
Papan putih yang bertuliskan “Proyek Timah Negara”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar