Rabu, 27 November 2013

Perjalananku

Apa yang bisa ku lakukan saat ku rasa harapan yang ku impikan tak kunjung ku temukan?? Aku ingin sekali melakukan suatu hal yang bisa membuat kau bangga akan diriku. Tapi apa?? Aku tak mampu menemukannya. Harapan itu masih terus bersembunyi diantara jutaan bintang. Mengajak ku untuk menelusuri satu per satu impian yang pantas untuk ku wujudkan. Ku rasa aku terlalu cepat berputus asa saat aku memikirkan jalan menuju impian ku cukup sulit. Baru memikirkannya saja ku rasa pikiran ku sudah terseok seok.
Memang kondisi fisik ku tak mendukung untuk melakukan suatu hal. 15 tahun yang lalu aku dillahirkan tanpa kedua kaki. Keadaan ku sempat membuat sedih kedua orang tua ku, tapi tak lantas memutuskan kasih sayang mereka. Siang malam mereka memberikan kasih sayang itu, tak mengenal kata putus. Kini usia ku makin bertambah, menyadarkan ku untuk segera membahagiakan kedua orang tua ku. Aku terjebak diantara keadaan , memaksa ku untuk berpikir ulang akan kebahagiaan itu. Tiba tiba ide itu menyapa ku saat aku termenung menatap bintang malam ini. Percikan sinarnya mampu membuka kunci hilang yang ku cari selama ini. Ya, aku akan melakukannya. Aku percaya aku bisa dan mampu.
Perlahan tapi pasti aku mencoba berbagai keterampilan yang terbuat dari berbagai daun yang dikeringkan. Berkali kali aku mencoba dan selalu gagal. Perasaan putus asa menyerang ku dan mencoba mengajak ku untuk tak usah lagi berusaha. Ku hiraukan perasaan itu. Pernahkah kedua orang tua ku berputus asa saat mencoba membangkitkan semangat ku agar aku tak malu dengan kondisi ku?? tidak. Lantas, bagaimana mungkin aku bisa dengan ringannya berputus asa begitu saja. Sungguh hal yang begitu memalukan bila aku melakukan itu.
3 tahun lamanya aku mempelajari seluk beluk mengenai berbagai macam daun. Mengikuti berbagai perlombaan, menciptakan berbagai kreasi unik menurut ku. Kecintaan ku pada daun daun kering ternyata mampu menyihir seorang wisatawan asing untuk mengajak ku lebih dalam mempelajari daun kering diluar negeri. Dengan pertimbangan penuh,aku menyetujuinya. Ketika aku sampai pada tempat tujuan ku, Eropa, ternyata disana sedang dalam musim gugur. Jatuhan demi jatuhan daun daun kering bagai kerlipan emas. Tak kulewatkan kesempatan itu untuk memunguti daun maple yang sudah ku impikan sejak awal aku meniti keterampilan ini.
Tak menunggu esok hari, aku segera membuat keterampilan pada daun maple yang kering. Ku pastikan daun maple pertama yang ku buat sampai pada kedua orang tua ku. Bertahun tahun aku meniti langkah dengan pasti. Mulai merambah pada bisnis. Tanpa sadar sudah banyak orang yang menganal diriku. Berbagai pertanyaan mulai muncul. Pendidikan terakhir, proses sampai aku berhasil sampai sekarang, yang berperan paling peting dalam hidup dan lainnya. Dari semua pertannyaan hanya satu pertanyaan yang paling ku sukai. Dari mana asal mu?? Dengan sejuta senyuman yang ku ukir, aku menjawab “aku berasal dari Indonesia”.
Ntahlah mengapa pertanyaan itu yang paling ku sukai. Ku rasa aku sangat mencintai negara ku. Aku bangga akan diriku yang bisa membawa nama negara dengan baik. Saat ini, ingin sekali ku teriakan kepada seluruh dunia “aku Risa, wanita berusia 23 tahun tanpa kaki berhasil membuat mu bangga akan diriku, Indonesia.”

Jumat, 06 September 2013

Tin

Karya: Oktarina Khairunnisa(XI IPA 3)


Mentari pagi merangkak naik, datang bersamaan dengan semburat kemerahan dengan gumpalan awan putih bagai kapas yang mengambang dilangit, bertebaran begitu saja.Angin meluncur dari sela-sela ranting pohon, menggelitik dedaunan, menimbulkan riuh. Burung-burung kecil keluar sarang, terbang rendah dengan formasi sedemikian rupa,menari diudara sambil berdendang, menambah riuh nyanyian dedaunan. Embun pagi bergelayut manja pada ujung buah-buah lada, sebelum meluncur jatuh membasahi tanah, yang kemudian segera disusul oleh bau khas tanah basah yang menyeruak.

Semuanya sungguh saling melengkapi, menciptakan suatu harmoni pagi yang luar biasa menakjubkan, menenangkan jiwa, menegur halus bahwa betapa karunia Tuhan tak terhingga. Semuanya sungguh membekas di relung hati, menggetarkan rindu-rindu akan harmoni pagi yang hanya bisa kutemui di satu tempat saja. Dimana? Ah, tentu saja pertanyaan ini tak memerlukan jawaban. Yang kuperlukan hanya pertemuan.Aku rindu, teramat rindu. Bangka, tunggu aku.

Ini tahun ketiga aku menumpang hidup pada kota besar menakjubkan dengan gedung-degung menjulang tinggi, seolah berlomba-lomba mencapai langit. Kesibukan sekolah serta terbatasnya uang kiriman dari orang tua mau tidak mau memaksaku untuk tidak menghirup segarnya udara tanah kelahiran selama kurang lebih tiga tahun.

Rindu? Ah, rindu itulah yang setiap hari menjadi bayang-bayangku. Wajah tegas nan bijaksana Ayah, wajah lembut menenangkan Mamak, Wajah ceria Nay –adik perempuanku- dan Wajah menyebalkan Zul –adik laki-lakiku itu memang super jahil- terus berputar-putar di kepalaku. Juga kata rindu dari sahabat-sahabatku, yang berebut membisiki telinga. Rinduku tak lupa pada barisan kebun lada dan karet subur masyarakat Bangka dan debur ombak yang menghempas bebatuan disana. Semuanya menuntut pertemuan.

Ayah, Mamak, Nay, Zul, sahabat-sahabatku, tenanglah. Kita akan segera bertemu, bersama berkumpul lagi, bercanda tawa, bertukar cerita, bertatap muka, melihat langsung apa saja perubahan yang tercipta selama tiga tahun ini. Bukankah selama tiga tahun ini kita hanya berhubungan lewat telepon dan sms?

Hanya soal waktu aku akan tiba disana. Sesaat lagi, tak kurang dari tiga jam lagi. Lihat Ayah, Mamak. Anak gadismu ini akan pulang. Membawa banyak oleh-oleh.Membawa rindu yang tak terbendung.

“Tin, yakin kau tidak ingin memberitahu keluargamu dulu?”Pertanyaan Azwa memecah lamunanku.Ia menatap lamat-lamat wajahku, mencari kepastian. Tangannya yang sedang memasukkan baju-bajuku ke koper terhenti.

Aku mengangguk yakin.Tersenyum simpul. Bagaimana lah ini akan disebut kejutan menyenangkan kalau aku memberitahu keluarga akan kepulanganku ini?

“Tiga tahun kau tidak pulang, Tin.Dua tahun terlewati lagi, maka aku akan memanggilmu Toyib.”Celetuk Rika enteng. Oh, lihatlah. Ekspresi wajah dan gaya bicara gadis itu sama saja, selalu berlebihan.

Aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

“Perkataan Rika ada benarnya, Tin. Tiga tahun kau tidak pulang, berkomunikasi dengan keluarga hanya lewat telepon, mungkin mereka akan kaget sekali ketika melihatmu tersenyum didepan rumah, kaget ketika melihat begitu banyak yang berubah darimu, kaget ketika mendapati Tin mereka sudah menjadi gadis yang matang—“

“Lebih tepatnya semakin tua.Semakin keriput. Bisa-bisa mereka tak mengenalimu lagi, Tin. Lantas bertanya mana Tin-ku yang imut menggemaskan?”Rika memotong ucapan lembut penuh perhatian Azwa dengan cepat, dengan celetukan khasnya yang sekenanya.

Aku melototi Rika, gadis berambut pendek dan berlesung pipi itu selalu saja seenaknya, meski aku tahu dia sungguh bercanda, dia sungguh mencintai siapa pun yang mencintainya, termasuk kami –Aku dan Azwa-para sahabat satu kos-nya.

“Semua sudah siap, Tin.Ada lagi yang bias kubantu? Azwa menarik resleting koperku, menguncinya, lantas tersenyum menenangkan. Gadis ini memang menakjubkan.Wajahnya keibuan, penuh aura positif. Senyumnya selalu tulus, menenangkan. Tingkah lakunya lembut, penuh pertimbangan, penuh tanggung jawab, rajin, dengan senang hati membantu sesama. Terkadang, dengan melihat wajah Azwa atau mendengar kata-kata menakjubkan yang keluar dari bibirnya membuatku teringat pada Mamak, maka semakin bertambahlah intensitas rindu itu.

“Terimakasih, Wa. Terimakasih, Rika.” Aku berdiri, mengangguk dan tersenyum sama tulus kepada keduanya. Meski sesungguhnya Azwa jauh lebih banyak membantu dan Rika jauh lebih banyak berceloteh tak karuan, namun tak mengapa, Azwa tak pernah mempermasalahkannya.

“Aku pergi dulu.Tunggu aku di kos sederhana kita ini 3 minggu lagi.”Aku merapikan rok dan kemeja panjangku yang sedikit kusut, lalu mengulur jilbab biru mudaku hingga menutupi dada.

“Wa, jaga Rika ya. Ka, kau tolong jangan bikin ulah terus ya, kasihan Azwa. Kalau kau bikin susah Azwa, selepas aku pulang, kau akan aku ikat dan kukurung di kandang ayam Bu Jun.”

Aku tertawa lepas melihat Rika yang mulai mencicit tak terima.Azwa hanya tersenyum, merapikan jilbabnya, lantas memelukku.Aku membalas pelukannya.

“Aku dan Rika pasti akan rindu sama kamu, Tin.Hati-hati ya. Do’a nya jangan ketinggalan. Salam untuk Mamak dan Ayahmu.” Ia melepaskan pelukannya. Menitikkan mata mengingat ia tak bisa pulang karena sedang sibuk-sibuknya kuliah, begitu pula Rika.

Aku mengangguk.Mengabaikan protes Rika yang tidak ikut adegan mengharukan ini.

***

Oktober, 2006

Pesawat yang kutumpangi baru saja mengepakkan sayapnya, melesat meninggalkan Jakarta, melayang diudara bersama kapas-kapas raksasa yang bergumpal dan berbaur bersama kabut.

Aku menatap keluar jendela pesawat. Bahkan potongan-potongan awan itu sempurna membentuk wajah tersenyum Ayah dan Mamak. Aku tersenyum geli. Aku sengaja tak memberitahu mereka bahwa aku akan pulang hari ini. Biarlah ini menjadi surprise yang menyenangkan. Manapula mereka tahu anaknya ini dapat pulang ke Bangka berkat honor ku menulis cerpen, dongeng, puisi, apapun itu ke majalah-majalah dan koran.

Uang yang dikirimkan Emak sesungguhnya cukup untuk kebutuhanku sehari-hari. Aku juga tak perlu memikirkan biaya kuliah karena aku termasuk mahasiswi yang mendapat beasiswa.Tapi untuk pulang ke rumah, aku benar-benar harus mencari uang tambahan. Maka ketika Azwa menawariku untuk mengirimkan tulisan-tulisanku ke media cetak, aku tak perlu berpikir dua kali untuk mengangguk.

Jingga sedang menggurat senja ketika aku menginjakkan kaki didepan rumah. Mamak yang sedang menyiram tanaman menatapku lamat-lamat. Tak percaya. Lantas menjatuhkan gayung yang ia gunakan untuk menyiram tanaman lalu lekas memelukku erat. Aku membalas pelukannya, setitik kristal bening itu tak mampu lagi kubendung, jatuh begitu saja.

Sambutan dari Ayah, Zul dan Nay sama hangatnya, bahkan Nay tak mau melepaskan pelukannya. Hanya saja memang sambutan dari Mamak selalu penuh haru. Namun semuanya menyenangkan, sama menyenangkannya dengan acara makan malam sederhana selepas shalat maghrib berjemaah kali ini.

“Kalau tahu kau akan pulang, Mamak akan masak ikan lempah kuning dan tumis pucuk ubi kesukaanmu, Tin. Atau sekalian otak-otak ikan yang selalu kau bilang paling enak sedunia itu.” Mamak berkata pelan dengan nada rendah, namun tetap tersenyum.

Aku mengerti sekali maksudnya. “Tak apa, Mak. Nasi hangat dengan telur asin dan lempah darat ini juga luar biasa lezat. Semua masakan Mamak itu masakan terlezat sedunia.” Aku tersenyum lebar, mengambil sepiring nasi lantas mengambil lempah darat dan telur asin dengan semangat.

“Kenapa kau tak bilang kau hendak pulang, Tin? Ayah dan Mamak bisa saja mengirimkanmu uang untuk membeli tiket pulang, kau tak perlu berlari kesana kemari mengirim cerpenmu demi mendapatkan uang itu.” Kali ini Ayah yang bersuara.

Aku menelan nasi yang sedang kukunyah, lalu berkata, “ Tak usah, Yah. Aku juga ingin merasakan uang hasil jerih payahku, ah lagi pula aku samasekali tak merasa terbebani. Ayah lupa? Menulis adalah hidupku. Bukankah dengan mempublikasikan tulisan-tulisanku itu, aku jadi tahu apakah tulisanku bagus, layak dimuat atau tidak, apakah orang menyukainya…”

“KAK TIN SUDAH JADI PENULIS??!TULISANNYA ADA DIMANA-MANA?!! WAAAH KEREN!!”seru Nay tiba-tiba. Nyaris tersedak aku mendengarnya.

Dengan buru-buru aku mengoreksi kalimatnya, “Bukan penulis terkenal seperti yang kau bayangkan, Nay.Kakak hanya menulis cerpen, puisi, cerbung, dongeng dan lainnya, lalu mengirimnya ke majalah, tabloid dan koran. Tidak lebih. Hanya itu. Kakak tidak punya buku sendiri, jauh sekali dari penulis terkenal semacam J.K Rowling.”

“Iya.Jauuuuh sekali. Sejauh apa, kak?” Tanya Zul dengan wajah meledek. Aku mencubit gemas lengannya. Nay juga sibuk mengacungkan sendoknya, pura-pura hendak memukul Zul.

“Gimana kabar keluarga yang lain, Mak? Tetangga? Teman-temanku? Ah tentu saja, kebun lada dan pantai apa kabarnya, Mak? Apakah mereka rindu padaku?” aku menyeringai.

“Tidak ada yang rindu, Kak Tin.Mereka malah bilang kalau Kak Tin sudah lupa sama mereka, tak pernah pulang lagi.”

Aku tak menghiraukan celetukan Zul, hanya mendengarkan takzim apa yang dikatakan Ayah.

“Semuanya baik, Tin.Kebun lada tersayangmu itu juga baik, masih dibelakang rumah, belum berpindah. Buah-buahnya pun baik, penghasilan yang Ayah dan Mamak dapatkan pun baik…. Semuanya baik kecuali….” Ayah menghentika kalimatnya.

Aku mengernyitkan alis. Menunggu dengan tak sabar. Nada bicara Ayah sungguh janggal. Aku mendengar ayah menghela nafas panjang.

“Kebun lada kita memang baik. Namun yang lain tidak. Kebun lada tetangga-tetangga dan masyarakat lainnya nyaris tewas semua. Kau tak kan semudah dulu menemukan kebun lada, Tin. Semuanya sudah berganti dengan kolong-kolong TI, atau paling beruntung, kebun lada itu digantikan oleh kebun sawit yang gagah luarbiasa. Berdiri kokoh. Lada-lada itu terbunuh.Tidakkah kau melihatnya di perjalanan pulang kemari?”

Aku menelan ludah. Apa? Tidakkah aku melihatnya? Tentu saja tidak. Aku tertidur di bus sepanjang perjalanan dari bandara sampai didepan gang rumah. Aku samasekali tak memperhatikan.

“ Pantai-pantai juga, Tin.Memang beberapa masih ada yang baik, yang indah sekali. Namun ada pula beberapa pantai yang keindahannya diusik oleh kehadiran mesin-mesin TI apung. Mereka begitu berkuasa membelah lautan, menyedot timah, meninggalkan palung-palung mematikan.”

Aku menelan ludah lagi.Benarkah?

“A..apakah mereka banyak sekali, Ayah? Ba..bagaimana dengan kondisi pantai-pantai dan bekas kebun lada itu?” aku bertanya getir. Keringat dingin perlahan mengalir di pelipisku.

“Banyak sekali, Tin. Kau tak kan mampu menghitungnya. Ada dimana-mana.” Ayah menatapku takzim. Raut wajahnya jelas kecewa dan sedih tak kepalang.

Aku menelan ludah entah untuk keberapa kalinya.Ya Tuhan.Kenapa aku tak tahu? Benarkah separah itu? Tapi..tapi mengapa? Menagapa mereka melakukannya?

“Jangan bicarakan hal itu dulu, Yah. Nah, Tin. Makanlah dulu.Kita bisa melanjutkan ceritanya nanti.”Kata Ibu menenangkan.

Apa? Makan dulu? Bu, Tin benar-benar minta maaf. Masakan Ibu memang paling enak sedunia, tapi sungguh, mendengar kabar buruk ini membuat perut Tin benar-benar terasa kenyang.

***

Keesokan harinya, setelah membereskan rumah, dengan ditemani Nay, aku membawa diriku untuk membuktikan ucapan Ayah. Harusnya aku tak perlu meragukannya. Tanpa perlu mencari bukti seperti inipun aku harusnya tahu bahwa Ayah benar. Ayah tak berbohong. Ah, tentu saja, ayah tak pernah berbohong.

Baru berapa meter kami berjalan, aku sudah dapat melihat kebun-kebun lada tetangga yang beralih menjadi kebun sawit. Aku tahu sawit juga merupakan mata pencaharian yang baik sekali, namun tidakkah mereka tahu betapa lebih baiknya mereka bertanam lada dibandingkan sawit?

Dan lihatlah tanah-tanah bolong dihadapanku ini. Tak ada lagi kebun ladaku yang hijau-kuning-merah. Tak kan ada lagi embun-embun bening yang menggantung dijung lada-lada ranum. Tak ada lagi kegiatan masyarakat memetik lada.

Bagaimana bisa? Yang kulihat hanyalah tanah luas nan gersang dengan lubang menganga dimana-mana. Bukan lagi pepohonan yg tertancap sempurna melainkan mesin-mesin TI, Sakan, dan benda-benda lain yang tak ku mengerti. Hatiku teriris-iris.

Dan ketika Nay membawaku ke salah satu pantai yang tak terlalu jauh dari rumah, semakin berdarah-darahlah hati ini. Rasanya pedih tak terkira melihat pantai-pantai yang menakjubkan itu terkotori oleh kapal-kapal TI Apung yang dengan angkuhnya berdiri, menunjukkan penuh kekuasaannya.

Tubuhku seolah kehilangan penyangga. Kakiku lumpuh seketika.Jatuh ambruk begitu saja ke pasir putih lembut pantai Bangka. Darahku terasa berdesir.

“Kakak belum melihat semuanya, belum Kak… ini hanya sebagian kecil saja…” ujar Nay pelan. Sangat pelan. Berbisik. Seolah tak ingin aku mendengarnya.

Aku tertohok. Ini… ini tak akan bisa dibiarkan.

***

Aku marah? Jelas sekali aku marah. Pantai-pantai dan kebun lada itu temanku sejak kecil. Mereka menemaniku tumbuh. kami tumbuh bersama. Aku hanya pergi sebentar, setelah aku kembali kenapa semuanya musnah? Kenapa semuanya jadi berubah? Kenapa banyak sekali komponen-komponen tak diperlukan disana? Mesin-mesin itu, tanah-tanah bolong itu, aku sungguh tak membutuhkannya. Lantas untuk apa mereka kemari? Apa yang ingin mereka perbuat?! Menghancurkan bumi-ku hanya demi kepentingan pribadi?! Tidak adakah yang melarang mereka? Sebebas itukah mereka melakukannya? Oh ayolah, dimana kesadaran mereka?!

Berbagai macam pertanyaan, emosi, berkecamuk di kepalaku. Memenuhi isi kepalaku hingga ingin meledak. Aku sungguh tak bisa membiarkan ini terus terjadi. Harus ada yang menghentikannya. Atau semua akan bertambah parah.

Tapi apa yang harus aku lakukan? Apapula yang bisa seorang mahasiswi sepertiku lakukan? Mengembalikannya seperti semula? Mengembalikan kebun lada ku? Seorang diri? Lagipula kulihat gadis lain seusia ku bersikap biasa saja. Mereka seolah menikmati hidup mereka. Bukankah harusnya aku seperti mereka? Tidak perlu lah aku mencampuri urusan ini. Tapi tidak. Harus ada yang menghentikan semua ini. Aku tak peduli apakah aku akan menentang mereka sendirian. Aku tak peduli. Terserah mereka mau bilang apa, aku hanya ingin Bangka-ku kembali.Meski aku sendiri yang melakukannya.

Maka dengan kalap,dengan emosi di ubun-ubun , sepulangnya dari tanah-tanah bolong, pantai-pantai kotor oleh TI apung, aku mulai menulis, memuntahkan apapun yang ada dalam pikiranku ini.Meludahkan segala unek-unek. Aku bahkan tak sadar tulisan itu sudah panjang sekali. Penuh dengan emosi. Masa bodoh. Mereka harus membacanya. Mereka harus tahu apa yang sedang mereka perbuat.

Namun ternyata tulisan itu tak membawa kabar baik. Jangankan membawa kabar baik, pihak koran tempatku mengirim tulisan itu menolak mentah-mentah tulisanku. Apa katanya? Tulisanku tak ada artinya?Hanya luapan amarah gadis labil yang datang ke redaksi dengan wajah memerah marah?

Setengah mati aku menahan diri untuk tidak melempar wajah si editor dengan tulisanku itu. Tidak, aku takkan melakukannya. Aku memang sulit mengendalikan amarah, namun aku selalu mentamengi amarah ku dengan ucapan Mamak, Marah itu asalnya dari setan, Tin. Setan akan tertawa terpingkal-pingkal melihatmu marah-marah lantas berbuat kasar, melakukan hal buruk yang ia bisikkan. Mamak tahu anak mamak tak pernah ingin ditertawakan atau bahkan tertawa bersama setan, kan? Sebaliknya, Tin. Tersenyumlah.Senyum itu ibadah, kau tahu itu.

Mamak selalu benar. Editor berkepala botak dengan kening berkerut-kerut itu terperangah melihatku tersenyum ramah kemudian mengucapkan terimakasih, berpamitan pulang.

Editor berkepala botak dengan kening berkerut-kerut itu benar. Tulisanku memang tak terlalu berarti. Apa dia bilang? Tulisanku hanya luapan amarah? Ah, itu benar adanya. Setelah kubaca dengan tenang, aku baru menyadari kertas yang kuserahkan padanya hanyalah ledakan-ledakan emosi berbentuk tulisan. Memang tak ada kata kasar disana, namun jelas sekali bahwa aku begitu menyalahkan orang-orang, tak ada sebab akibat, tak ada solusi.

Maka aku pun mulai menulis lagi. Kali ini dengan kepala dingin. Dengan emosi terkendali. Harusnya aku tahu, menulis seperti ini justru jauh lebih menyenangkan. Aku tak melupakan kesalahanku, seperti kata orang bijak, belajar dari kesalahan. Maka aku benar-benar mempraktekkannya. Aku menulis dengan tenang, menuangkan banyak informasi mengenai dampak negatif TI dan ebun sawit dibandingkan lada, menjelaskan bagaimana kondisi Bangka untuk kedepannya, bagaimana pengaruhnya pada kehidupan masyarakat Bangka, apa sajakah alternatif yang dapat dilakukan, apapun yang berguna aku tuangkan dalam kertas itu.

Tulisan keduaku diterima. Untuk kedua kalinya, aku bertemu dengan bapak-bapak berkepala botak dengan alis berkerut-kerut itu. Tak ada kata-kata kasar seperti kemarin. Tak ada sepatah pun. Ia hanya diam, keningnya masih berkerut. Tatapannya sengit ketika menyerahkan honor tulisan itu padaku. Aku tersenyum, “Uangnya tak usah juga tak apa, Pak. Saya hanya ingin orang-orang membaca tulisan saya dan melakukan perubahan.” Dan Bapak berkepala botak itu sekali lagi berusaha menyembunyikan keterperangahannya.

Seminggu sudah aku berada dirumah setelah menuntut ilmu di kota orang. Aku bersyukur aku masih terbangun seiring dengan mentari pagi yang merangkak naik, menelan kegelapan. Aku selalu suka suasana pagi di desa kecilku di pulau cantik ini.

Sinar mentari membasuh bumi, burung-burung kecil bersenandung mengucap syukur. Embun pagi meluncur di sela-sela dedaunan dan buah lada, udara pagi mengelus halus pipi, membelai rambut. Lenguhan spizaetus cirrhatus mengawali hari. Sederhana namun begitu istimewa.

Tulisan yang kemarin kuserahkan sekarang telah bergabung bersama potongan-potongan berita lain di halaman sebuah surat kabar. Aku tahu semua keadaan ini takkan berubah seperti semula hanya karena sepotong artikel itu. Mungkin lebih banyak? Siapa tau? Aku semakin gencar menulis, menggali banyak informasi lagi di internet, menarikan jari-jariku pada keyboard computer, mengirim ke berbagai media cetak.

Waktu berlalu tanpa terasa. Aku tak tahu lagi berapa banyak artikel yang aku kirimkan –yang Alhamdulillah selalu diterima-. Aku tak sempat menghitung. Aku bagai binatang kelaparan yang dengan rakus melahap apapun yang ada dihadapannya.

Namun hingga seminggu kemudian, artikel-artikel itu tak menghembuskan kabar baik. Jangankan membawa perubahan bagi masyarakat luas, perubahan-perubahan kecil dari masyarakat sekitar desa, bahkan tetangga kiri-kanan pun tak terlihat. Aku bahkan tak mendapat respon apapun. Semuanya berjalan normal, tak ada yang berbeda. Mesin-mesin TI masih meraung-raung baik di lahan kosong maupun di pantai biru bak beludru. Kebun-kebun sawit dengan pesat memberantas kebun lada. Aku tak sanggup melihatnya. Air mataku kerap kembali tumpah mengingat bagaimana mesiun-mesin gagah itu meraup bumi Bangkaku, lantas pergi tanpa menimbun kembali lubang yang mereka buat. Bumiku menangis pedih. Wajahnya penuh lubang. Inikah balasan yang ia terima atas apa yang telah ia berikan pada manusia? Beginikah manusia membalasnya?

Aku tumbuh seiring batang-batang lada itu meninggi. Aku tumbuh seiring buah ;lada itu menguning-merah., aku tumbuh seiring debur ombak yang dipecah batu karang. Lantas ketika aku dewasa, tak bisakah mereka menemaniku kembali?

***

Ini hari kedua puluh aku berada di Bangka selama kuliah tiga tahun di seberang. Besok aku akan kembali ke Jakarta. Aku terlambat menyadari bahwa aku tinggal di desa. Surat-surat kabar mungkin tak banyak yang tersebar disini. Jika adapun, mungkin tak terlalu mereka hiraukan. Bagaimanalah mereka akan membaca tulisanku jika hanya beberapa yang rajin membaca surat kabar?

Maka ini adalah langkah terakhir sebelum aku kembali menduduki kursi kuliah. Kemarin aku telah berbicara dengan kades. Menceritakan masalah pelik ini, akibatnya, dampak negatifnya, menjelaskan berbagai hal, berunding, berusaha membujuk, memelas, memohon. Tidak mudah memang, namun akhirnya aku berhasil.

Lihatlah warga yang berduyung-duyung datang ke balai desa. Bertanya, ‘Ada apa gerangan?’ ‘kenapa kita dikumpulkan?’ ‘aduh ayamku belum diberi makan’ dan lainnya. Wajah-wajah penasaran, wajah-wajah bingung, wajah-wajah keberatan.

Aku menarik nafas panjang. Merapikan pakaian dan jilbabku sejenak, lalu melangkah pasti kemudian berhenti tepat ditengah-tengah mereka yang duduk melingkar. Aku mengangguk seraya memasang senyum terbaik. Senyumku harus terlihat meyakinkan, menjanjikan, entahlah seperti apa senyum yang kuberikan. Aku menatap mata-mata penuh tanda tanya itu.

Aku memberi salam. Semuanya lantas menjawab kompak. Aku memperkenalkan diriku sesopan mungkin. Sebagian yang mengenalku hanya manggut-manggut. Dan ketika aku mengatakan tujuanku mengumpulkan mereka disini, mereka semakin tidak mengerti. Nampak antusias, menegakkan posisi duduk, mengamatiku lamat-lamat. Beberapa wanita menyelipkan rambut ke belakang telinga.

“Bapak-bapak dan ibu, mohon maaf telah mengganggu waktu kalian sebentar. Saya ucapkan terimakasih atas kehadirannya. Saya adalah puteri daerah ini yang kebetulan telah tiga tahun menuntut ilmu di ibukota. Sudah tiga tahun pula saya tidak pulang ke Bangka. Ternyata cukup banyak perubahan yang terjadi didaerah kita, khususnya desa kita. Pertumbuhan ekonomi untuk saat ini tampaknya sangat bagus. Saya ikut gembira. Namun dibalik semua itu, ironisnya keadaan alam kita sangat memprihatinkan. Hutan-hutan kita telah banyak yang bertransformasi menjadi padang pasir dan lubang-lubang bekas TI. Sungai yang dulunya jernih sekarang keruh kepuh. Kebun lada dan karet telah berubah menjadi perkebunan sawit. Hal ini sebenarnya sangat tidak baik untuk masa depan anak cucu kita. Bayangkan bila hutan kita habis, bukan keindahannnya saja yang hilang, tapi mereka juga akan kehilangan mata pencaharian untuk hidup. Janganlah kita selalu mengambil keuntugan sesaat tanpa memikirkan nasib anak cucu kita kelak.

Sebelum terlambat mari kita jaga alam kita, cintai alam indah anugrah tuhan ini untuk kita dan anak cucu kita. Mari kita kembali ke kebun karet dan lada kita, walaupu hasilnya tidak sehebat timah. Insyaallah barokah. Kita dijadikan Allah sebagai khalifah dimuka bumi ini untuk menjadi rahmat bagi seisi alam. Rahmat bagi bumi, bagi tanaman, bagi hewan, terutama bagi sesama manusia. Manusia diciptakan bukan untuk menjadi penghancur atau perusak alam—“

“Tapi kenapa?” seorang di pojok memotong ucapanku. Aku menoleh. Seorang remaja laki-laki berusia sekitar enambelas tahun terlihat...entahlah, Matanya menyiratkan protes. Tatapannya dalam sekali. Dia Gilang, rumahnya tak jauh dari rumahku.

“Ya. Kenapa kami harus menuruti kemauanmu? Ini pekerjaan kami.” Sebuah suara lagi dngan dingin menohokku, mengawali protes dari yang lain.“TI memberikan hasil yang lebih menjanjikan.” “kebun sawit untungnya jauh lebih besar daripada lada.”

Berbagai macam protes terlotarkan, mulai dari tolakan mentah-mentah hingga komentar halus yang meminta penjelasan, selebihnya diam menyimak. Aku tahu ini takkan mudah, dari awal aku tahu itu. Aku berdehem, memecah keributan, lantas tersenyum, sebelum akhirnya berkata, “Terimakasih atas segala respon yang telah bapak, ibu, kakak-kakak dan adik-adik berikan. Izinkanlah saya menjelaskan permasalahan pelik ini secara rinci.” Dan puluhan pasang mata itu pun kembali menghujamku.

“Pertama, marilah kita bicarakan masalah tambang inkonvensional yang membanjiri pulau kita. Jujur, rasanya saya sedih sekali melihat pulau kita sekarang. Hutan-hutan musnah, berganti dengan lubang-lubang bekas TI. Bayangkan, kita telah disuguhi alam dengan panaroma alam yang luar biasa indah, dengan kehidupan, dengan segala macam hal lainnya yang amat berguna bagi kehdupan manusia. Namun kita membalas budinya dengan menebang mereka, memusnahkan satu persatu, mengeruk tanah bekas hutan itu sempat berdiri kokoh, meraup semua timah yang ada. Tak puas, menggali lubang lain lagi, mengambil timah lagi, tak terhitung banyaknya lubang digali dan yang tak pernah ditimbun kembali. Apakah hanya dilakukan di satu daerah dan satu orang saja? Tentu tidak. Tanah kita mengandung timah yang banyak sekali, dimana-mana. Setiap mata menginginkannya. Lantas jika hampir seluruh daeah ditebang hutannya, dikeruk tanahnya, ditiggalkannya lubang-lubang menganga tersebut, apa jadinya Bangka kita? Tdak hanya itu, Pak, Bu. Lahan bekas TI itu sulit sekali ditanami dengan tumbuhan, hanya beberapa jenis tumbuhan yang mampu hidup di sana. Butuh waktu yang sangat lama untuk memulihkan kesuburannya kembali.”

Aku menean ludah. Menyapu pandangan hngga ke sudut balai. Semua mata menatapku takzim. Beberapa pasang mata masih terlihat tak sependapat. aku baru akan berbicara lagi ketika seseorang berkata, “Lalu apa masalahnya dengan kebun sawit? Sawit jelas tidak merusak lingkungan, kan? Sawit memberikan kesejahteaan yang lebih menjanjikan ketimbang lada yang amat membantu perekonomian rakyat, kau tentu tahu itu.”

Aku tersenyum menatap seorang lelaki paruh baya disana. Ya, Pak. Tentu aku tahu itu. “Tidak ada masalah dengan kebun sawit, Pak. Kebun sawit memang baik sekali untuk menambah penghasilan kita, tapi tidak untuk lingkungan.” Lelaki tadi mengangkat alis, bingung. “Sama saja, Pak. Di dalam tanah pada lahan yang ditanami sawit akan dipenuhi oleh akar-akar sawit yang merusak kesuburan tanah dan akan sulit ditanami oleh tumbuhan lain, ini juga memerlukan proses yang lama agar bisa ditanami kembali. Beda sekali dengan lada dan karet. Lahan bekas lada dan karet dapat ditanami oleh tanaman apapun. Kalian tentu dapat memikirkan dan menyimpukan apa dampak yang akan terjadi, bagaimana nasib anak cucu kita nanti bila kegiatan-kegiatan ini tetap dilakukan.”

Aku meghela nafas. Warga terlihat diam untuk beberapa detik. Mungkin merenung, berpikir, atau apapun itu. Beberapa nampak berbisik-bisik. Wajah-wajah keberatan tadi juga sudah sirna. Aku menunggu. Tak adakah yang ingin memberikan komentar atau tanggapan? Buknkah awalnya ramai sekali komentar yang membru?

Sayangnya tak ada komntar hingga kepala desa memintaku menyudahi pertemuan ini. Aku mengangguk. Mereka sibuk berbisik-bisik, berunding antara mereka saja. Tak apa, mereka butuh waktu untuk memahami ini.

Dan ketika warga desa mulai berbondong-bondong meninggalkan balai desa, sebuah tepukan halus melayang kemudian mendarat dibahuku. Aku menoleh. Pak Yusuf, kepala desa tempat tinggalku, yang meski telah lanjut usia, namun masih terlihat sehat dan segar itu tersenyum lebar. Aku tersenyum lalu menyalaminya.

“Kau sungguh baik sekali, Tin. Kau gadis yang baik, cerdas, peduli sekali terhadap lingkungan. Andai seluruh gadis di kampung ini seperti kau.”

Aku tersipu. “Terimakaih Pak, Yusuf. Saya hanya menyampaikan apa yang saya etahui saja. Semua tak ada artinya tanpa bantuan bapak.”

“Kau masternya, Tin. Oh ya, tadi ada dua gadis remaja yang menghampiri saya, mereka bilang mereka sangat setuju denganmu. Mereka ingin jadi seperti kau, Tin. Mereka igin mengubah Bangka kita ini kembali lagi”

Aku terenyuh.

***

Mentari terbit menelan kegelapan. Malam menjelma pagi yang tenang. Burung-burung kecil bersenandung merdu, mengiringi kepergianku kmbali ke Jakarta. Aku, Mamak, Ayah, Nay dan Zul berkumpul di teras rumah. Mengantar kepergianku untuk kembali lagi. Aku memeluk dan mencium tangan ibuku untuk yang kesekian kalinya.

“Hati-hati, nak. Selalu jaga dirimu, berhati-hati lah selalu. Jangan lupa untuk selalu shalat dan berdo’a, jangan lua untuk selalu mengabari kami, katakan saja kalau ada ssesuatu yang au butuhkan” Ibu memegang kedua pipiku. Aku mengangguk.

“Belajar yang giat, Tin. Banggakan orang tua-mu ini.” Pesan ayah. “Kak Tin kalau pulang lagi sudah harus jadi penulis hebat ya!” kali ini seruan Nay. “Kak, kalau pulang jangan lupa bawakan oleh-oleh yang banyak ya” Terkhir, Zul berkata kalem, kalem yang dibuat-buat.

Aku tak menjawab, lebih banyak mengangguk dan tersenyum menahan haru. Sekali lagi, aku berpamitan pada keluarga tercintaku, kemudian melangkah keluar dari rumah ecilku, memasuki mobil salah satu tetanggaku yang biasa digunakan sebagai angkutan umum ke kota.

Mobil perlahan berjalan, aku melambai, menatap tak berkedip pada empat orang paling kucintai itu. Tak hnti tersenyum menahan sedih harus pergi lagi secepat ini. Namun senyum Ibu selalu menenangkan. Aku pergi untuk kembali. Setelah ini aku akan kembai lagi, membawa kabar baik untuk mereka semua. Itu cukup menghuibur.

Rumahku telah jauh tertinggal. Aku menatap apa pun yang ada di bumi Bangka-ku yang melesat dari jendela kaca. Lahan-lahan TI itu masih ada. Kebun-kebu sawit berdiri kokoh. Aku tak tahu bagaimana tanggapan warga, selain dua remaja perempuan itu. Aku teah melaksanakan apa yang ingin aku lakukan. Aku telah memberikan apa yag aku tahu. Aku telah berusha. Orang bijak berkata, setiap usaha akn membuahkan hasil. Aku tak tahu apa hasil dari pertemuan singkat kemarin, serta tulisan-tulisanku di surat kabar. Jadilah lebihbaik, jadilah lbih baik, kalimat itu menggerogoti tubuhku. Nasib Bangka-ku tentu ada pada tangan-tangan pemuda disana. Apakah mreka kaan merubahnya menjadi lebih baikm atau bahkan lebih buruk. Siapa tahu? Wallahualam. Aku hanya berharap yang terbaik, apapun itu.(Reni dan Dewi XI IPA 3)

Jumat, 05 Juli 2013

Info Blog

Blog Pendidikan Kependudukan Indonesia. Dapatkan informasi tentang kependudukan.
Klik www.blogpki.blogspot.com. Belajar Yuk!!

Rabu, 26 Juni 2013

Meraih Prestasi

Prestasi. Kata yang memiliki delapan huruf ini selalu menempel dalam memori otak ku. Kata sederhana ini ditempel oleh Ibu ku ketika aku pulang ke rumah seminggu yang lalu. Aku termenung di dekat jendela kamar ku, bagaimana caranya aku dapat meraih prestasi itu? Sedangkan, sekarang aku mulai malas membaca buku pelajaran. Aku juga masih merasa bermimpi dapat bersekolah disini. Di daerah kelahiran ku, akan tetapi Ayah dan Ibu ku menetap di luar kota karena urusan pekerjaan. Jadi terpaksa aku menginap di asrama sekolah. Sejujurnya, aku tidak menyukai ini. Karena aku tergolong anak yang manja. Hehe.

Lamunan ku terbuyar ketika ada yang mengetuk pintu kamar ku. Aku beranjak dari tempat tidur ku dan berjalan menuju pintu.

“Huh, aku kira tadi Ibu asrama. Eh, ternyata kamu. Ada apa, Fin?” Tanya ku kepada Fina.

“Aku takut tidur di kamar, ta. Jadi, malam ini aku tidur di kamar kamu ya. Boleh kan?” Ucap Fina sambil kesusahan membawa bantal dan selimut dari kamarnya.

“Boleh dong. Ayo masuk.” Aku mempersilahkan Fina masuk ke kamar ku.

Fina adalah teman baru ku disini. Dia juga dari luar kota sama seperti ku. Jam tua yang ku bawa dari rumah sudah menunjukkan pukul 21.00. Saatnya tidur. Selamat malam dunia. Selamat malam prestasi yang belum ku temukan.

**

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Ku lihat Fina masih mimpi indah di sebelah ku. Aku mencoba membangunkannya, karena ini sudah waktu Subuh. Namun Fina masih saja tidak terbangun. Aku pun meninggalkannya bergegas pergi ke mushola. Kalau sudah waktunya, pasti Fina akan bangun dengan sendirinya. Setelah aku mengerjakan sholat Subuh aku kembali ke kamar, dan melihat Fina sudah tidak ada di kamar. “Pasti dia sudah kembali ke kamar.” Ucap ku dalam hati. Di sekolah ini aku bukan hanya ingin menuntut ilmu, aku juga ingin meraih prestasi ku. Kini aku sudah siap ke sekolah, tinggal menunggu bus sekolah yang akan menjemput kami.

“Tiiiinnnnnn~Tiinnn..Tiinnn…Tiiinnn~” terdengar bunyi klakson bus sekolah yang akan mengantar kami ke sekolah tercinta.

Aku bersama Fina menuju kelas melewati koridor belakang. Koridor paling aman dari kakak-kakak senior. Sebab, kalau kami melewati koridor depan pasti jalan kami akan di halang-halangi oleh kakak-kakak senior yang sok ganteng itu. Kelas kami memang berada di belakang kelas-kelas yang lain, kelas terakhir yaitu X-G. Suasana kelas sangat ramai karena dihebohkan oleh sebuah poster. Aku mencoba melihat poster tersebut. Wow ! Ada perlombaan olimpiade Matematika yang di selenggarakan oleh sebuah Universitas ternama di kota ku. Sepertinya seru, tapi aku sangat lemah di pelajaran ini. Padahal aku juga ingin melanjutkan jurusan IPA di kelas XI nanti.

“Hey, Ta. Nama mu sudah ku dafrtarkan untuk mengikuti lomba itu.” Ucap Tristan sambil menunjuk poster olimpiade Matematika.

“Apa? Serius? Aku kan tidak pandai di bidang ini.” Ucap ku kaget.

“Apa salahnya kamu mencoba? Siapa tahu kamu bisa menang. Kan bonusnya bisa dibagi-bagi tuh.” Ucap Tristan sambil mengeluarkan ledekannya yang garing itu.

“Bilang aja kamu juga mau mencicipi bonusnya. Haha.” Aku membalas ledekan Tristan.

“Nah, itu kamu tahu.” Tristan dengan senyumannya mengacak-acak rambut ku.

Oke. Sepertinya mulai malam ini aku harus perbanyak belajar Matematika. Karena lomba itu akan diselenggarakan 3 hari lagi. Sore ini aku juga akan mendapat pembelajaran tambahan dari Ibu Sakinah untuk persiapan mengikuti olimpiade itu. Apakah ini merupakan jalan untuk meraih prestasi? Akan ku kejar prestasi itu hingga dapat.

Menurutku, hari ini di kelas X-G banyak mainnya dibanding belajarnya. Karena sebagian guru ada yang absen. Tetapi aku tetap fokus dengan buku Matematika ku. Ini apa ya? Kok hasilnya bisa begini? Pertanyaan demi pertanyaan terungkap dari mulutku. Aku tidak sabar ingin mendapat pembelajaran tambahan dari Ibu Sakinah, karena aku akan menanyakan semua itu kepada Ibu Sakinah. Pembelajaran terakhir pun selesai. Segera aku menuju laboratorium Matematika untuk menemui Ibu Sakinah. Ternyata sedikit sekali peminat yang mengikuti lomba ini. Hanya ada 6 orang, semuanya dari kelas X. Dan ternyata lomba ini di peruntukkan untuk anak-anak kelas X saja. Fiuuh, masih ada kesempatan untuk menggapai prestasi itu. Ibu Sakinah memulai pembelajaran. Dan soal-soal yang membuatku tidak mengerti, menjadi mengerti ketika Ibu Sakinah menjelaskannya. Sepertinya sekarang aku menyukai Matematika.
**
Setelah 2 hari rutin aku mengikuti pembelajaran tambahan, kini aku sangat percaya diri untuk mengikuti olimpiade Matematika. Aku bersama teman-teman lain berangkat dari sekolah menuju Universitas yang mengadakan lomba tersebut. Terlihat Fina menyemangati ku dengan teriakannya yang membuat orang di sebelah nya menutup telinga. Dan aku juga mendapat support dari someone special, siapakah dia? Siapa lagi kalau bukan Tristan, hehe. Aku tidak berharap menang dalam lomba ini, karena ada juga peserta dari sekolah lain yang mengikuti lomba ini.

Kami memasuki ruangan ber-AC yang bertuliskan “Tempat Pelaksaan Lomba”. Ruangan yang sangat besar dan luas. Aku menjadi gugup. Keringat ku bercucuran. Akan tetapi Ibu Sakinah selalu memberi semangat untuk kami agar tidak gugup dan tetap tenang. Waktu mengerjakan soal-soal pun dimulai. Soal yang berjumlah 50 pun siap ku santap. “Soal nya cetar membahana, buu.” Teriak ku dalam hati. Akan tetapi, aku tetap percaya diri dengan jawaban ku. Toh, kalau aku kalah juga tidak apa-apa. Ini juga pengalaman pertama ku mengikuti ajang olimpiade Matematika seperti ini. Waktu pun berlalu tanpa ku sadari. Aku pun telah selesai mengerjakan semua soal itu. Cukup membuat kepala ku pusing sepuluh keliling, hehe lebay ya. Aku pasrah akan hasil lomba itu. Sekarang yang ku lakukan hanyalah berdoa agar hasilnya cukup memuaskan.

Ayah dan Ibu ku sangat senang sekali ketika mengetahui aku mengikuti olimpiade Matematika ini. Karena setahu Ayah ku, aku sangat lemah di bidang ini. Maka dari itu mereka sangat mendukung ku dalam hal ini. Rencananya ketika pengumuman lomba itu, Ayah dan Ibu ku akan datang kesini untuk mengetahui siapa yang menang. Aku sangat senang, akhirnya mereka menjengukku disini.

Aku menceritakan semua pengalaman ku ketika mengikuti lomba kepada Fina dan Tristan.

“Ta, kamu bertemu sama cowok ganteng ga disana?” tanya Fina ingin tahu.

“Mana sempat aku bertemu cowok ganteng. Toh, disana kerjaan ku cuma menghadap buku Matematika doang.” Ucap ku santai.

“Widih, untung aja otak kamu ga meledak.” Tristan mulai meledek lagi.

“Hahahaha.” Aku dan Fina pura-pura tertawa seakan-akan apa yang dibicarakan Tristan sangatlah lucu.

**

Tidak terasa, hari pengumuman perlombaan pun tiba. Ayah dan Ibu sudah datang dari

luar kota. Sekarang aku merasakan keringat dingin yang menyambar tubuhku dan jantung ku

berdegup sangat kencang.

“Baiklah, disini saya akan menyebutkan juara pertama olimpiade Matematika tingkat

SMA. Dan pemenangnya adalah……..”

Tangan ku memegang erat lengan Ibu. Mata ku pun terpenjam.

“Dan yang menjadi juara pertama adalah Novitaria dari SMA N 1..”

WOW ! Apakah aku bermimpi? Nama ku disebut sebagai juara pertama. Kereenn. Aku

pun maju kedepan untuk mendapatkan sertifikat dan bonus. Yippie. Kini aku telah menemukan

prestasiku dan telah meraihnya. Aku tidak akan pernah menyerah untuk meraih prestasi ku di

bidang yang lainnya. SELAMAT VITA J

(Elsa Sinthiya Anggraeni_XG)

Kisah Misteri Pembantu Rumah Tangga

Oleh: Geovanny Reinita Deborah L. (X.B)
Saat itu aku berumur 11 tahun.. Aku melihat di jendela seorang wanita paruh baya turun dari kereta kuda dan membawa beberapa koper besar di depan halaman rumahku dengan berpakaian rapi khas pembantu rumah tangga. Hidungnya panjang seperti nenek sihir, matanya sipit, dan kulitnya yang terlihat kasar jika dipegang. Hmm… mungkin itu adalah kesan pertamaku melihat pembantu itu. Jujur, aku sangat tidak menyukainya sejak awal melihatnya. Dia terlihat seperti nenek sihir. “dia akan menjadi kepala pembantu rumah tangga di rumah kita. Jadi, hormatilah dia, Lea” Katanya ayah saat menghampiriku.

Ketika pembantu rumah tangga itu mulai mengetuk pintu rumah kami, ayah langsung membukakannya dan menyapanya dengan ramah. “selamat datang, Nyonya. Kami harap Anda dapat betah dan senang berada di rumah kami ini.” “ohh..terima kasih atas sambutannya, Tuan Watson. Perkenalkan nama saya Helga Garrett umur 45 tahun. Saya akan mengurus beberapa keperluan dan kegiatan rumah tangga. Jika diperbolehkan, bisakah anda memperkenalkan calon anak buah saya di rumah ini?” pintanya sekaligus memperkenalkan diri. “Tentu, silahkan duduk Nyonya Garrett saya akan memanggilkan pembantu yang lain.” kata Ayah. “Maaf Tuan, bisakah Anda memanggil saya dengan Nyonya Helga saja? Jujur saya agak kurang suka dengan nama itu. Itupun jika Anda tidak keberatran.” balasnya dengan sopan. “Baiklah.” Ayah memanggil para pembantu yang lain dan aku hanya berdiri memandinginya dari kejauhan. Lalu ia tersenyum sendiri seperti akan merencanakan sesuatu…

“Nyonya Helga, perkenalkan laki – laki yang memakai topi ini adalah Thomas, tukang kebun kami. Selanjutnya wanita yang memakai celemek berwarna biru adalah Catherine. Selanjutnya wanita yang memakai celemek berwarna merah muda adalah adiknya Catherine, Anne. Mungkin Anda akan lebih sering berurusan dengan mereka berdua. Dan terakhir wanita yang memakai baju berwarna putih ini adalah Charice. Ia baru beberapa bulan di sini.”

Ahhh Charice adalah perempuan yang sempurna untuk menggantikan Ibu pikirku. Yaa walaupun baru beberapa bulan bekerja, namun ia sudah sangat memahami karakterku. Selalu menemaniku di saat aku kesepian, memberikan susu setiap pagi ketika aku bangun tidur. Dia perempuan baik, tulus, dan pastinya manis. Aku suka dia, namun tak pernah kuutarakan hal ini pada Ayah. Maklum, Ayah sangat sibuk dengan segala urusan bisnisnya sejak Ibu meninggal beberapa tahun yang lalu. Aku, bersama adik – adikku Liz berumur 9 tahun, Johann berumur 7 tahun, dan Joanna berumur 5 tahun selalu memprotes kepada ayah karena tidak ada pengganti Ibu. Karena kami yakin tidak selamanya ibu tiri adalah ibu jahat. Itu adalah teori kuno menurut kami. Namun, ayah hanya menjawab “tunggulah waktunya.”

“kakak, apakah nyonya Helga orang yang menyenangkan?” tanya adikku yang paling bungsu dengan lugunya. “kita lihat saja nanti, Joanna.” jawabku. Tetapi aku yakin bahwa tingkahnya yang sopan itu menyiratkan sebuah pertanda waspada terhadapku dimulai dari senyumannya misterius itu…

Malam harinya, aku terbangun seperti biasa untuk minum air mineral. Aku pun berjalan ke arah dapur namun suatu cahaya dari sana berkilauan. Aku heran dan bingung harus bagaimana, namun kuputuskan untuk membuka pintu dapur yang tak tertutup rapat itu dan mengintip yang terjadi di sana dan terlihat kembali sebuah cahaya yang berkilauaun dua kali lipat lebih terang daripada yang telah kulihat sebelumnya. Di situ ada Nyonya Helga raut wajahnya yang menyeramkan, yang menunjukkan mata yang licik, jahat, dan tersenyum sendiri namun diiringi rasa kebencian yang mendalam. Ekspresi yang sangat mengerikan dari yang pernah kulihat sebelumnya. Dari situ aku tahu bahwa dia bukan perempuan yang baik – baik. Ia persis seperti nenek sihir…

Paginya, aku memutuskan untuk menghindarinya dan menutup mulut dengan kejadian yang telah kulihat semalam. Aku sungguh waspada dengannya, aku takut keluargaku menjadi korbannya. Aku harus sigap dengan segala gerak geriknya yang mencurigakan. Pagi itu aku sangat tidak semangat bersekolah. Kepalaku sakit. Namun Charice selalu menasihati aku bahwa aku harus rajin belajar, tidak sepertinya yang kurang beruntung karena kendala ekonomi, ia terpaksa berhenti sekolah. Charice ingin aku menjadi anak yang berguna suatu saat nanti.

Sarapan tadi pagi sungguh enak, roti sandwich dengan daging asap di dalamnya. “Roti sandwich yang enak, Chaterine.” Pujiku padanya karena ia pintar masak. “Hari ini saya tidak memasak, nona. Nyonya Helga yang memasak ini semua.” Katanya. Aku seketika tersedak, jangan – jangan ia menaruh sesuatu di dalam roti sandwich ini pikirku. Selama sehari aku tidak makan. Semua masakan yang Nyonya Helga masak aku tolak, aku hanya ingin Catherine dan Anne yang memasak. Namun nyonya Helga bersikeras untuk selalu memasak masakan selama sehari penuh. Kutahan laparku, karena aku sangat curiga padanya.

Dikamar, aku sendiri sambil menahan lapar. Kemudian seseorang mengetuk pintu dan membuka pintu kamarku, aku terkejut bahwa yang datang adalah Nyonya Helga dengan membawa nampan berisi makanan. “Makanlah nona, kau pasti sangat lapar. Dari pulang sekolah samapi mala mini kau belum makan. Ayo, makanlah saya membuatkan Anda sup kacang hangat dengan beberapa potongan jamur di dalamnya. Ini pasti sangat enak. Sup ini adalah makanan favorit keluarga saya.” katanya. “tidak, saya sedang menjalani program diet.” Kataku menolaknya walaupun sebenarnya sup itu mempunyai aroma yang sangat enak. Nyonya Helga tersenyum kepadaku, ”kau masih anak – anak, tidak baik untuk pertumbuhanmu jika umur sepertimu melakukan diet. Ayo makanlah, jangan menolak lagipula sup ini rendah kalori.” Jawabnya mantap. Karena tak sanggup menahan lapar ditambah sakit perut, aku pun memakannya dengan lahap. Ini sangat enak. Tetapi untuk kedua kalinya aku melihatnya memperhatikanku dengan senyum misterius. Dan setelah semuanya habis, tiba – tiba kepalaku berputar – putar dan mataku menjadi gelap, gelap, dan terlihat Nyonya Helga tersenyum aneh kepadaku untuk ketiga kalinya.

Aku terbangun dan jarum jam menunjukan pukul 06.00 pagi, kepalaku masih pusing. Entah apa yang terjadi, aku hampir lupa dengan kejadian semalam. Kubuka pintu dan kudapati Joanna sedang bermain dengan Nyonya Helga. Ia menatapku dengan muka sinis, dan akupun tak menggurisnya. Aku hanya ingin ia keluar dari rumahku. Aku harus memberitahukan hal ini pada ayah. Namun sayangnya aku mendapat telegram dari ayah bahwa ayah akan pergi ke luar kota selama 2 bulan. Aku bingung, namun masih ada Charice yang selalu menemaniku saat aku sedang kesepian seperti ini. Tetapi kuputuskan untuk menundanya mengingat aku sudah terlambat ke sekolah.

Sore harinya terjadi suatu yang mengejutkan, adikku Liz lengannya patah dan harus dirawat di rumah sakit. Ketika aku bertanya apa yang menyebabkan tangannya patah, ia tak mau berbicara sama sekali. Ia membungkam mulutnya dengan rapat sambil ketakutan melihat nyonya Helga yang terlihat prihatin dengan kondisi lengannya itu. Aku mulai yakin bahwa dia yang membuat Liz menjadi patah lengannya. Aku ingin menceritakan kejadian itu pada Charice, namun nyonya Helga sepertinya sudah mengetahui tindakan yang lakukan sehingga ia selalu mengawasi aku dari kejauhan. Ini membuatku tidak nyaman. Matanya mengisyaratkan kelicikan dan kejahatan. Malam itu aku memutuskan untuk menginap menemani Liz di rumah sakit bersama Charice. Aku merasa aman tanpa ada nyonya Helga. Namun rasa khawatirku belum mereda, Johann dan Joanna masih dalam tangannya. Aku sangat berharap pada Catherine dan Anne untuk menjaga mereka berdua.

Di rumah sakit ia bertanya padaku, “Nona Lea, akhir – akhir ini kau terlihat berbeda. Apa yang menyebabkanmu seperti itu?” aku pun menceritakan semua yang terjadi semenjak kedatangan nyonya Helga. Ia pun tersenyum mendengar aku menceritakan itu, “Nona Lea, itu hanya perasaanmu saja. Ia sebenarnya sungguh baik dan professional. Saya pun ttertarik untuk belajar banyak hal tentang dia. Percayalah, itu hanya perasaanmu saja. Apakah Anda memberitahukan kejadian Liz kepada Ayahmu? Saya harap jangan dulu, ayahmu pasti langsung terkejut dan sedih mendengar itu. Itu tak baik untuknya” jelas Charice dengan nada lembut. “Saya yakin, Charice. Nyonya Helga itu jahat….” Namun sebelum aku selesai berbicara, ia mengajakku untuk tidur karena besok aku harus sekolah. Aku pun menurutinya.

Esoknya aku pulang bersama Charice dan terkejutnya aku melihat 3 buah mobil polisi sedang berpatroli di halaman rumahku. Aku melihat beberapa orang polisi mengangkat tandu berisi seorang jenazah yang telah ditutup dengan kain putih. Sejenak aku melihat reaksi Charice yang membeku tak dapat mengatakan apa – apa. Aku dan Charice akhirnya menanyakan hal itu pada seorang polisi. “Terjadi pembunuhan malam tadi di kediaman ini, namun pembunuhan ini sungguh tak wajar, semua korbannya meninggal dengan tubuh yang dicakar – cakar oleh sesuatu yang sangat tajam hingga korban kehabisan darah. Korban – korban itu adalah pembantu rumah tangga di rumah ini.” Jelas polsi itu. “siapa saja yang menjadi korban dalm pembunuhan ini?” tanya Charice. Sang polisi melihat surat keterangan dan, “Korban pertama adalah Thomas Henriett, korban kedua adalah Catherine McMercury dan yang terakhir adalah Anne McMercury. Untuk sementara belum ditemukan pelakunya. Namun dari kesaksian nyonya Helga Garrett satu – satunya pembantu rumah tangga yang tersisa bahwa ad seorang laki – laki yang berlari dengan terbirit – birit setelah kejadian itu.” Kata polisi itu. Aku dan Charice terkejut bukan kepalang. Aku langsung memastikan bahwa adik – adikku dalam keadaan selamat. Ternyata kutemukan mereka dengan tak bernyawa di tempat tidur. Pulas sekali. Aku langsung memanggil polisi bahwa adik – adikku pun meninggal. Aku lemas, berteriak sambil menangis di pelukan Charice yang begitu sakit melihat kejadian ini. Sungguh bodoh aku ini, aku tak dapat melindungi adik – adikku sendiri aku sungguh egois dengan meninggalkan mereka di tengah kandang singa. Aku sangat tertekan dan kuputuskan untuk menghubungi ayah agar ia pulang. Ayah akan pulang sore nanti katanya.

Namun aku tak melihat nyonya Helga di sana. Ia tidak kelihatan sejak aku tiba di rumah. Aku mencarinya kemana – mana tempat tetapi ia tak ada. Aku benar – benar optimis bahwa orang yang bertanggung jawab atas semuanya ini adalah nyonya Helga. Aku langsung menuju rumah sakit bersama Charice untuk memastikan bahwa Liz baik – baik saja. Aku cemas Nyonya Helga akan membunuh Liz juga. Ternyata dugaanku benar, Liz sudah terbujur kaku dengan muka yang biru lebam karena kurang oksigen. Aku benar – benar kalap. Aku begitu marah pada Helga. Ia merengut semua yang kumiliki dengan beberapa minggu saja. Namun sekali lagi, Helga tak ditemukan…

Sore hari Ayah pulang dengan wajah yang kusut dan sendu. Batinnya tertekan dengan semua yang telah terjadi. Ketiga anaknya dan ketiga pembantunya meninggal dengan cara yang tragis dan hingga kini pelaku belum ditemukan. Ia berjanji untuk selalu melindungiku karena aku adalah satu – satunya anak yang tersisa.

Pada saat makan malam, Helga datang dengan membawa makanan yang telah dimasaknya. “Halo, semuanya! Menu makanan malam ini adalah ayam panggang saus tar – tar.” katanya dengan riang. Raut wajahnya sangat gembira, kontras sekali dengan suasana yang sedang berduka. Aku sangat membencinya. Ya membencinya!

Malam harinya, sepasang tangan mencekik leherku

Kenali Tipe Belajarmu ?

Tipe belajar adalah cara belajar yang digunakan seseorang berdasarkan kepribadian individu. Setiap individu memiliki tipe belajar yang berdeda-beda. Nah, apakah kalian sudah tahu bagaimana cara belajar kalian? Yuk kita tes!!

1. Apabila guru sedang mengajar dan kamu sedang memperhatikan, lalu ada teman mu yang mengajak berbicara. Apa yang akan kamu lakukan?
a. Menaruh telunjuk di bibir sambil berucap “sssttt”
b. Menanggapinya berbicara dan tidak memperdulikan guru
c. Menasihatinya kalau saat itu guru sedang menjelaskan

2. Saat jam pelajaran, guru mu ada urusan yang mengharuskan untuk keluar kelas. Namun, guru tersebut memberikan tugas. Apa yang akan kamu lakukan ?
a. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh
b. Mengerjakan tugas sambil mencontek tugas miilik teman
c. Bermain dan ribut di kelas tanpa mengerjakan tugas

3. Guru mu memberikan PR untuk dikerjakan dirumah. Apa yang kamu lakukan?
a. Mengerjakan PR sendiri di rumah dengan sungguh-sungguh
b. Mengerjakan PR dengan teman lain sambil berdiskusi
c. Mengerjakan PR di sekolah dan mencontek PR milik teman

4. Apabila guru mu mengatakan bahwa akan ada ulangan untuk pertemuan selanjutnya. Apa yang akan kamu lakukan?
a. Belajar jauh-jauh hari, dan memahami materi dengan sungguh-sungguh
b. Belajar satu hari sebelum ulangan diadakan
c. Tidak belajar sama sekali

Skor :
1. a=2 b=1 c=3; 2. a=3 b=2 c=1; 3. a=3 b=2 c=1; 4. a=3 b=2 c=1.
Sekarang, hitung skormu! Kalau jumlahnya..........
5 – 7 = Tipe Belajar Lambat
Kamu termasuk kedalam orang yang memiliki tipe belajar lambat. Yaitu, dengan kepribadian yang agak buruk, maka cara belajar yang kamu lakukan harus lebih ekstra. Karena, untuk memahami suatu materi kamu mebutuhkan waktu yang cukup lama.

8 – 10 = Tipe Belajar Sedang
Kamu termasuk dalam tipe belajar yang agak lumayan. Kamu sebenarnya memiliki kemauan untuk belajar, namun adakala kamu juga malas untuk belajar. Nah, kamu hanya perlu memotivasi diri agar belajar dengan lebih sungguh-sungguh, agar materi pelajaran dapat kamu pahami dalam waktu yang cukup singkat.

11 – 13 = Tipe Belajar Cepat
Nah, kamu adalah orang yang memiliki cara belajar sangat baik. Kamu dapat memahami materi pelajaran dengan waktu yang sangat singkat dan mengingatnya dalam waktu yang cukup lama. Kamu hanya perlu meningkatkan frekuensi belajar mu, agar materi-materi yang ada dapat semakin kamu pahami.

Sabtu, 01 Juni 2013

Website SMANSA Telah Online

Pengumuman kepada seluruh masyarakat di mana pun berada. Website Resmi SMA Negeri 1 Sungailiat telah online. Anda dapat mengaksesnya melalui url: www.sman1slt.sch.id. Pengumuman ini bisa disebarluaskan. Terima kasih.

Selasa, 21 Mei 2013

Kartini Aksinya Prestasi

Oleh : Nina Paulina (XI IPS 2)
Aku pernah ingat
Ketika aku mengenalnya
Dia pernah berkata
Ketika kamu ingin mengenal dunia
Maka membacalah
Tapi jika kamu ingin dikenal dunia
Maka menulislah

Sebuah mahakarya
Dari Cerita Mengukir Segelumit Asa
Tulisan-tulisan yang beredar tentang dia
Pahlawan Bangsa
Pahlawan Pendidikan juga
Hingga 21 Apri Abadi
Peringatan untuknya

Dia adalah Kartini
Salah satu cerita motivator berprestasi
Sosok Pelopor emansipasi,dengan aksinya prestasi
Prestasinya Mengukir mimpi
Prestasinya sebuah motivasi
Prestasinya tebarkan inspirasi
dan Prestasinya ajang sebuah aksi

Tetes keringat
Keluh Kesah dan Semangat
Upaya Jerih Payah menyatu
Saling berkutat dalam sebuah tujuan
Unjuk aksi demi sebuah genggaman
Melebarkan sayap –sayap Prestasi..
Unjuk Prestasi Saang Kartini

Sabtu, 27 April 2013

Jurnalistik SMANSA for Students!

Tunjukan Bakatmu!!!!


Regu Pramuka Putri SMAN 1 Sungailiat mewakili BABEL ke Nasional

SMAN 1 Sungailiat patut berbangga, mereka menjadi satu-satunya sekolah dari Bangka Belitung yang diundang lomba Peraturan Baris Berbaris (PBB) tingkat Nasional di SMAN 27 Bandung Jawa Barat pada 25-27 Mei 2012 lalu. Sebanyak 15 siswa putri dari Gugus Depan (Gudep) 01.032 Hamidah ini berlomba dan beradu kreasi dengan 50 sekolah se-Indonesia. "Dengan melakukan persiapan selama kurang dari satu bulan, walau dibeberapa sisi masih belum siap. Tapi kita tetap optimis bisa meraih prestasi terbaik," jelas Danton. Dijelaskannya, selama persiapan mereka dilatih oleh pembimbing, yakni Bapak Anasir Alam. Sedangkan persiapan pribadi, mereka mengaku melakukan latihan fisik agar tetap bugar dengan banyak berolah raga dan makan teratur.

Pada even yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (DPP AKSI) itu, regu Putri SMAN 1 Sungailiat, sukses menyingkirkan beberapa kompetitor dari daerah lain seperti, dari SMAN 6 Depok dan SMAN 4 Palangkaraya untuk regu putri dari beberapa sekolah.

Kepala SMAN 1 Sungailiat, Bapak Drs. Darusman Taufik. M.Pd mengaku bangga dengan hasil yang diperoleh anak didiknya. Menurutnya, keberhasilan tersebut merupakan hasil kerja keras dari tim, pembina serta yang telah mencetak kedisiplinan bagi para anggota Pramuka (Dahlia).



SMANSA Menghadapi UN 2012, BISA!

Pemerintah melalui Kemendikbud telah mengeluarkan peraturan terbaru tentang Ujian Nasional 2012 yang dituangkan dalam PERMENDIKBUD Nomor 59 Tahun 2011 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional. Badan Standar Nasional Pendidikan selaku penyelenggara Ujian Nasional telah menerbitkan Peraturan Nomor: 0012/P/BSNP/XII/2011 tentang Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan Sekolah Dasar Luar Biasa Tahun Pelajaran 2011/2012 dan Peraturan Nomor: 013/P/BSNP/XII/2011 tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2011/2012.

Menurut waka kurikulum (Sri Handayani) bahwa Ujian Nasional perlu dilakukan, karena tujuannya itu menilai pencapaian kompetensi jurusan secara nasional pada mata pelajaran, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Apabila Ujian Nasional tidak dilaksankan, pemerintah tidak bisa menilai pencapaian kompetensi kelulusan secara nasional. Hal ini dikarenakan hasil Ujian Nasional dapat digunakan untuk: pemetaan mutu program dan satuan Pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan selanjutnya, penentuan kelulusan peserta didik dua program atau satuan pendidikan, pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan Kriteria Kelulusan dari satuan pendidikan adalah: menyelesaikan seluruh program pembelajaran dengan nilai yang tuntas dan memperoleh nilai minimal “baik” pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran yang terdiri atas kelompok agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajara kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, kelompok pelajaran jasmani dan olahraga Kesehatan, lulus UAS/Madrasah untuk kelompok mata pelajaran, dan Lulus Ujian Nasional.

SMANSA Sungailiat dalam menghadapi UN 2012 ini telah melewati berbagai persiapan. Menurut Kepala Sekolah, Darusman Taufik, telah banyak persiapan yang telah sekolah lakukan agar siswa dapat sukses melewati UN yang jelas kita sudah bergeriliya sedini mungkin, selain melakukan kegiatan proses belajar mengajar dipagi hari mulai dari jam 07.00 s.d. 13.30, pihak sekolah juga sudah menambahkan jam mata pelajaran tambahan pada sore hari yang dimulai dari pukul 14.00 s.d. 17.15 untuk siswa kelas XII mulai bulan Januari setiap hari Senin s.d. Kamis.

Selain itu, persiapan pihak sekolah dalam menghadapi Ujian Nasional adalah dengan mengadakan uji coba untuk kesiapan siswa, yang dikenal dengan Try Out (TO) yang dilaksanakan 3 kali, yaitu: Try Out ke-1 telah dilakukan pada tanggal 30 Januari sampai dengan 2 Febuari 2012, Try Out ke-2 dilaksanakan pada tanggal 27 Febuari sampai dengan 1 Maret 2012, yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kab. Bangka bekerjasama dengan PT. Intan dan dikelola oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Pada Try Out yang ke-2 ini SMANSA Sungailiat untuk program IPA/IPS menduduki peringkat I dari semua sekolah yang ada di Kab. Bangka. Kepala Sekolah berharap prestasi tersebut dapat dipertahankan di UN 2012 tanggal 16 s.d. 19 April 2012 yang akan dating. Try Out ke-3 dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 5 April 2012 dengan uji coba soal 5 paket dan siswa sudah dikondisikan dengan situasi ujian yang sebenarnya, agar mereka lebih siap dan terbiasa pada saat menghadapi UN 2012 nanti.

Hasil Try Out yang Ke-2 telah disampaikan pada orang tua masing-masing siswa melalui wali kelasnya bersamaan dengan acara sosialisasi Ujian Nasional yang dikoordinir oleh Waka Kurikulum, pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2012. Pada kegiatan sosialisasi UN tersebut, guru BP/BK (Veranita Lilia) menyampaikan tips nya untuk orang tua dalam menghadapi UN 2012: 1) ciptakan kondisi nyaman di rumah; 2) beritahukan kepada semua anggota keluarga bahwa ada yang akan ujian pada tanggal 16 s.d. 19 April 2012 dan tempelkan jadwal di tempat yang mudah terlihat oleh anggota keluarga. Ini merupakan salah satu upaya agar anak tidak merasa sendirian dalam berjuang menghadapi UN; 3) jangan tinggalkan anak sendirian, sesekali ketika anak sedang belajar kita sapa, tepuk-tepuk bahunya, katakana ayah/ibu membantu dengan do’a; 4) apabila anak bangun tengah malam untuk belajar, orang tua usahakan orangtua bangun juga untuk shalat malam dan berd’oa. Bila perlu berikan segelas susu kepada anak yang sedang belajar; 5) pada saat anak ujian, mulai dari mereka keluar rumah sampai mereka selesai ujian, orang tua jangan berhenti untuk berdo’a.

Selain persiapan menghadapi Ujian Nasional ini dengan adanya penambahan jam belajar dan Try Out, pihak sekolah akan mengadakan kegiatan binamental untuk siswa-siswi kelas XII. Kegiatan ini bertujuan agar siswa-siswi merasa siap dalam menjalankan UAN tersebut. Pembina rohis SMANSA, Hj. Nurlela, mengatakan bahwa kegiatan binamental ini akan berlangsung pada tanggal 11 April 2012 mendatang. Seluruh siswa kelas XII beserta wali kelasnya akan membaca yasin bersama, bertausiah, sholat Duha, zikir bersama, dan ada juga puitisasi Al Qur’an. Kegiatan binamental ini sebenarnya telah dilaksanakan mulai awal semester genap setiap hari Jumat pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.45. Seluruh siswa kelas XII dibina dan dibimbing oleh Pembina rohis serta guru agama untuk membaca yasin bersama. Sama halnya dengan siswa yang beragama Islam, siswa yang beragama non Islam pun ikut melaksanakan kegiatan binamental dan di bimbing oleh guru agamanya masing-masing. Selaku pembina rohis, Hj. Nurlela, menyarankan kepada seluruh siswa terutama kelas XII agar berpuasa setiap hari Senin dan Kamis serta melaksanakan sholat tahajud agar mereka lebih siap lahir dan batin dalam melaksanakan UAN.

Harapan semua pihak sekolah baik kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan guru yang pernyataannya diwakili oleh guru ekonomi sekaligus merupakan wali kelas XII.IPS-3 (solihayati), maupun staf TU terhadap siswa kelas XII dalam menghadapi Ujian Nasional adalah dapat menduduki peringkat atas dengan nilai yng maksimal dan lulus 100% dan adanya peningkatan nilai dari tahun sebelumnya yaitu 7,5. Selain itu, harapan terbesar seluruh keluarga besar SMANSA adalah siswa/i yang akan melanjutkan keperguruan tinggi, dapat diterima di Perguruan Negeri sesuai dengan cita – cita yang ingin diraihnya.

Berkat kerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf TU, pihak komite, orang tua, dan siswa persiapan Ujian Nasional berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Siswa kelas XII juga menunjukkan respon yang sangat baik dan sibuk dalam mempersiapkan Ujian Nasional ini. Siswa memiliki motivasi yang bagus dan memiliki semangat yang tinggi dalam menghadapi Ujian Nasional. Kepala Sekolah meminta kepada seluruh siswa kelas XII agar dapat sedini mungkin mempergunakan waktu yang telah dipergunakan selama tiga tahun untuk belajar di sekolah ini tidak menjadi disia-siakan disaat ujian nasional itu, jaga kondisi kesehatan jangan sampai ada ujian ulangan, makan yang cukup, istirahat yang banyak dan perbanyak koordinasi sama teman-teman bertanya diskusi dan sebagainya, jika kita melakukannya dengan sungguh-sungguh Insyaallah sekolah kita lulus 100 %. (Tim).

SMANSA Sungailiat Menyambut Peserta Didik Baru yang Berkualitas

Mulai tanggal 4 Juni s.d. 11 Juni 2012, SMAN 1 Sungailiat menerima peserta didik baru untuk Tahun Ajaran 2012/2013. Ketua panitia PPDB, Zaima Gusniar menyatakan bahwa pada PPDB tahun ini, sistem seleksi berdasarkan standar ISO yang telah dimiliki oleh SMANSA Sungailiat, sehingga mulai dari pendaftaran peserta didik sudah terseleksi dengan nilai raport yang memiliki standar rata-rata 7,0 untuk setiap mata pelajaran yang di UN kan (Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia). Tahun ajaran 2012/2013 ini, SMANSA Sungailiat hanya menerima 7 kelas dengan jumlah setiap kelas 32 orang peserta didik, sehingga total peserta didik yang diterima baik untuk kelas regular maupun kelas bakat adalah 224 orang peserta didik.

Peserta didik yang dinyatakan lulus seleksi administrasi, berhak untuk mengikuti seleksi tes potensi akademiki yang diadakan tanggal 13 Juni 2012 mulai pukul 08.00 s.d. 11.00 WIB. Materi seleksi adalah 4 mata pelajaran yang diujian nasionalkan, dengan jumlah semua soal sebanyak 100 butir soal pilihan ganda (@ mata pelajaran 25 soal). Hasil seleksi tes potensi akademik ini diumumkan pada hari sabtu tanggal 16 Juni 2012, dan bagi peserta didik yang dinyatakan lolos dalam seleksi ini, wajib mengikuti tes psikotes yang diadakan pada hari rabu tanggal 23 Juni 2012. Setelah calon peserta didik melewati ke-3 tahapan seleksi di atas, maka peserta didik yang dinyatakan sebagai calon syah peserta didik baru di SMANSA Sungailiat akan diumumkan pada tanggal 25 Juni 2012. Peserta didik yang dinyatakan lulus, berhak untuk daftar ulang yang dimulai tanggal 26 s.d. 30 Juni 2012, lewat dari tanggal yang ditetapkan, maka peserta didik dianggap mengundurkan diri.

Kepala SMANSA Sungailiat, Darusman Taufik, menyatakan bahwa PPDB tahun ini kita tetap mengacu kepada pedoman mutu pada Internasional Standar Organisasion artinya peserta didik baru yang akan direkrut itu sudah diatur berdasarkan ketentuan yang tertulis dalam pedoman mutu yang sudah disahkan oleh ISO. Kita tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang sudah ada, karena telah ditetapkan berdasarkan yang itu tadi. Artinya mohon pengertian kepada setiap peserta didik baru yang akan mendaftar, ataupun orang tua peserta didik baru yang akan mendaftarkan anaknya. Mungkin pada tahun-tahun yang sebelumnya kita tidak mengacu pada pedoman yang ada dalam ISO tetapi tahun ini marilah untuk kita dapat pahami bersama dalam sistem pengrekrutan penerimaan peserta didik baru tahun 2012 ini. Yang jelas apa yang sudah tertera dalam ISO pada prinsipnya kami akan mengikuti hal yang dimaksud. Setelah anak peserta didik yang akan mendaftar berdasarkan hasil kriteria yang ada sudah kita tetapkan di nilai rapor Semester 1 sampai Semester 5 di SMP, maka dia berhak untuk mendapatkan No peserta dan dapat mengikuti Tes tertulis dan tes potensi Akademik yang akan diselenggarakan SMAN 1 Sungailiat pada tahun 2012 ini, dilaksanakan pada Hari Rabu tanggal 13 Juni 2012.

Dalam memimpin sekolah, marilah kita mengikuti pedoman yang ada dan sudah ditetapkan oleh Pedoman mutu dalam ISO itu. Kita tau bahwa kepemimpinan ini sudah yang kedua kalinya, jadi kepala sekolah yang sebelumnya. Sehubungan karena di dalam kepemimpimpinan sekolah yang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional mengharapkan kepemimpinan seorang Kepala Sekolah itu harus Strata II. Maka untuk itu kita harus tetap mengikuti ketentuang yang mengacu kepada apa yang ada yang sudah diatur oleh direktorat Menengah Atas di Jakarta. Tentunya apapun yang terjadi dalam kepemimpinan yang akan datang kita tetap memprioditas apa yang menjadi ketentuan hal peningkatan mutu sekolah RSBI menjadi SBI baik itu dalam pengrekrutan peserta didik. Dalam beberapa bulan terakhir kita sudah melihat hasil yakni mendapatkan sertifikat Adiwiyata, untuk sekolah sehat kita mempersiapkan untuk lomba Tingkat Provinsi. Dan dilihat dari esktrakulikuler, anak perserta didik dapat memperoleh juara diajang Tingkat Provinsi dan Tingkat Nasional. Karena baru-baru ini Ekstrakulikurel Kepramukaannya mendapatkan Juara II dalam ajang Lomba PBB Pramuka Penegak I Tingkat Nasional di Bandung. Ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dan kemajuan dan kedepannya SMAN 1 Sungailiat ini akan memperoleh predikat yang lebih baik lagi dari RSBI menuju SBI. Harapannya peserta didik yang nantinya diterima di SMANSA Sungailiat ini adalah peserta didik yang berkualitas dan dapat mengukir prestasi yang mengharumkan nama baik sekolah.

Program Kerja OSIS SMAN 1 Sungailiat

Klik link di bawah ini untuk melihat!
PDF ONLINE

INFO SMANSAku In News (periode Febuari s.d. April 2013)

1. Pengumunan kelulusan siswa kelas XII dalam seleksi beasiswa BATAN untuk tahun ajaran 2012-2013 melalui guru BP/BK, Verania Lilia, menyatakan bahwa 12 siswa a.n. Vania Oktiani Pariyan, Sandra Magdalena Devina, Fuji Rahmiati, Dannang Yulio Maslian, Ifrizal Dessyiah Putra, Muhammad Romi, Abdul Rahman Alfarasyi, Vera Afrilia, Andi Hariyadi, Toni Indrawan, Rima Juliana dan Nilam Sartika berhak menjadi calon penerima beasiswa BATAN. Untuk dapat dinyatakan sebagai peserta yang berhak mendapat beasiswa BATAN, ke-12 siswa tersebut masih harus berjuang untuk dapat lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui SMPTN jalur undangan dengan PT yang telah ditentukan BATAN, yaitu ITB, UGM, UI dan STTN, maupun berjuang melalui jalur SMPTN tertulis yang dilaksanakan secara nasional.

2. Sebanyak 205 siswa kelas XII SMAN 1 Sungailiat, telah mengikuti Try Out (TO) ke-2 mulai tanggal 18 s.d tanggal 22 Febuari 2013.

3. Sebanyak 205 siswa kelas XII SMAN 1 Sungailiat, telah mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) mulai tanggal 4 s.d tanggal 9 Maret 2013.

4. Sebanyak 205 siswa kelas XII SMAN 1 Sungailiat, telah mengikuti Ujian Praktek mulai tanggal 11 s.d tanggal 16 Maret 2013.

5. Hari Jumat tanggal 15 Maret 2013 siswa kelas X dan XI mengikuti sosialisasi mengenai nilai karakter.

6. Hari Senin-Kamis tanggal 18 sd. 21 2013, sebanyak 205 siswa kelas XII SMAN 1 Sungailiat telah mengikuti Try Out (TO) ke-3 Try Out bersama yang bekerjasama dengan MKKS Kabupaten Bangka.

7. Pada tanggal 22 s.d 24 Maret 2013 terdapat kegiatan GEBYAR SMANSA “35 Tahun Smansa Menapak” dengan berbagai kegiatan lomba yaitu Fetival Band, Mural, Grafiti, Fashion Show Daur Ulang, dan Fotografi. Dan bebrapa kegiatan lainnya seperti Jalan santai dan Penanaman 1000 pohon serta adanya Stand Bazar dan Kain Aksi.

8. Siswa kelas X dan XI SMAN 1 Sungailiat, mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) mulai tanggal 25 s.d tanggal 30 Maret 2013.

9. Hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013, orang tua siswa kelas XII mengikuti kegiatan sosialisasi UN bersama Waka. Kurikulum (Sri Handayani) dan bersamaan dengan kegiatan tersebut, disampaikan pula hasil Try Out ke-1 dan 2 kepada 205 orang tua siswa yang hadir pada acara tersebut melalui wali kelas masing-masing siswa.

10. Pada tanggal 15-18 April 2013 siswa kelas XII akan mengikuti UJian Nasional (UN).

Selasa, 23 April 2013

Pantun Berkait

By : Mirza Ramadhan

Ular melata mencari makan
Makan dicari di sela hujan
Ujian Nasional memang tantangan
Perlu dihadapi dengan kejujuran

Makan dicari di sela hujan
Akhirnya dapat seekor binatang
Tidak lama sudah ujian
Persiapkan diri sampai matang

Yuk Berbalas Pantun

Karya : Bagas Subekti 

Pergi menajal saat hujan
Hanya ranting sebagai hasil
Menyontek pada saat ujian
Tak akan membuahkan hasil

Hanya ranting sebagai hasil
Saat pulang membawa bola
Tak ada usaha yang nihil
Jika diiringi dengan doa

Satu Tujuan

Karya : Aliza Permatasari

Hari demi hari kami lalui
Demi satu tujuan, ya, satu tujuan
Satu tujuan itu yang membuat semangat kami membara
Yang hasilnya akan menentukan
Pendidikan mana yang akan kami lanjuti
Karena itu juga, setiap penghalang kami lawan
Melawan rasa lelah
Melawan rasa malas
Melawan rasa kantuk
Melawan panasnya hari
Hanya demi satu tujuan
Lulus ujian nasional dengan nilai memuaskan

Detik-Detik UAN

Karya :Nina Pulina

Degup jantung ini berdetak...
Aliran nadi tak kunjung tenang
Bayangan ketakutan mengiringi gemetar
Lingkaran keberhasilan diadu dalam dimensi
Tegang,menjadi tolak ukur keberhasilan jenjang
Sebuah pengakuan hati yang penuh tanya
Gelora debaran yang tak kunjung padam
Walau hanya hadapi kertas berlembar
Masa depan pertaruhkan pada coretan
UAN...
Tolak ukur keberhasilan Bangsa
Tapi, ketakutaan jatuh kian menyiksa
Riwayatku,hitungan tahun ku taruhkan pada hitungan hari
Denyut dalam doa...
Rautku tawakal pasrah,hatiku kuserahkan padaMu pencipta
Lingkaran hitam yang memberca,lukiskan tujuan yang berdetak
Usahaku yang berkesan,untuk bekal ku dimasa depan
Harapku luluskanlah ujianku Ya Tuhan

3 tahun

By: Walijah

Tanpa terasa 3 tahun lamanya kita merangkai cerita
Membaginya atas suka dan duka
Membalutnya dengan berbagai pengalaman berharga
Sengaja meninggalkan butiran cerita
Disetiap sudut waktu dan ruang
Meja, kursi, ruang kelas menjadi saksi bisu perjuangan
Menggapai Impian
3 tahun yang lalu kita tak saling mengenal
Hingga akhirnya kita putuskan untuk berteman
3 tahun sudah waktu dikumpulkan
Mengenali mendalami berbagai macam pengetahuan
Untuk sebuah impian di masa mendatang
Saat detik detik takdir menegangkan datang
Mengatakan kita semua harus terus melanjutkan perjuangan
Kita bersorak riang
Selesai sudah perjuangan kita disini
Sekarang kita lanjutkan perjuangan ini
Dengan tempat dan waktu yang berbeda
Memulai kembali sebuah perjuangan dalam kehidupan

Perempuan Pendaki Gunung

By: Amalia Rahmatianti

Ketika fajar belum membuka matanya
Ketika dingin masih belum pergi dari sang pagi
Saat itulah, jiwaku masih terlelap tenang
Dengan selimut tebal,
Ku nikmati satu per satu kejadian dalam mimpiku
Embun masih menempel pada dedaunan
Juga pada kaca jendela yang masih basah
Angin dingin masih belum berlalu
Sepoi-sepoi menggerakkan tirai jendela kamarku
Kehidupan masih sunyi
Penerang jalanan pun masih menyala
Begitulah kehidupan pegunungan di tiap waktu fajar
Tapi,
Di saat sepi itulah terdengar tapak-tapak kaki di luar sana
Beruntun, bersama dan beriringan
Dengan bermalas-malasan aku bangkit dari peraduanku
Dengan mata yang masih terpejam,
Aku berusaha untuk membuka kehidupan di pagi ini
Dengan gontai, kulangkahkan kakiku ke arah jendela
Melihat apa yang ada di luar sana
Dan terkejutlah diriku ketika itu
Sama-samar kulihat sosok-sosok perkasa
Berjalan melewati jalan bukit yang terjal
Memikul batu-batu nan berat
Mereka bukanlah para lelaki
Melainkan wanita-wanita hebat dan gagah
Yang tetap memikul puluhan kilogram beban
Meski sadar bahwa mereka adalah wanita
Yang seharusnya tidak melakukan pekerjaan merenggang nyawa
Naik turun gunung bukanlah perkara yang mudah
Tiap-tiap terjalnya akan memberimu tetes-tetes keringat
Perempuan pendaki gunung
Setiap hari memikul batu kapur
Naik turun gunung sudah menjadi rute mereka
Bahkan tiap lembah sudah hafal dengan langkah mereka
Perempuan-perempuan pendaki gunung,
Tidak peduli bagaimana teori tentang gender di luar sana
Yang mereka tahu hanyalah kerja keras,
Untuk memberikan sesuap nasi pada anak-anak mereka
Yang hingga kini masih menunggu pulang ibunya dengan harap-harap cemas

Ibu

Oleh : Nina Paulina

Pelita di malam hari
Mentari di pagi hari
dan surya di siang hari
Jadikan sumber inspirasi

Putih bersih hatimu
Halus lembut bahasamu
Rangkaian kata menyentuh kalbu
Begitulah sosok Ibu…

di waktu kecil
di lelap tidurmu
mungkin dosaku,yang telah membangunkanmu
rintikan tangisku
dentingan jam dinding,membuatmu terbangun
melenyapkan tangis
dengan rasa kasihmu

Ibu..
Dalam senyummu ,kau sembunyikan letihmu
Dalam tawamu,kau sembunyikan rasa penatmu
Gejolak cerita tentang dirimu
kau berikan cahaya dalam hidupku
Hanya untuk membahagiakannku

Ibu..
ku tahu,
pengorbanan,jasa-jasamu tak mungkin bisa terbalas
ku tahu,kepingan emas tak akan mungkin membayar semuanya
segulungan dan tumpukan uang tak kan mampu melontarkan terima kasih ku
kau ajarkan rasa pengabdian ini.
kau ajarkan rasa mengabdi
kau ajarrkan rasa terima kasih
dan kini sukses di dalam keikhlasan
melukis sukses diatas senyumanlh yang ku persembahkan..
ibu,,,
terima kasih
ku menyanyangimu..


Majulah terus siswa SMANSA

Oleh : Elsa Apriyani
Pernahkah kau sejenak berpikir, teman ...
Bahwa untuk apa kita bersekolah?
Siapa yang membiayai kita sekolah ?
Siapa yang membimbing kita selama ini?
Coba renungkan... Coba bayangkan ...
Dan ini jawabannya ..
Hanya kepadamu harapan disandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Ingat... !
Jerih payah orangtuamu
Keringat yang membanjiri orangtuamu
Untuk menyekolahkan mu
Jangan kau jadikan angin lalu
Hadiahkan mereka dengan sebuah keberhasilan
Buat mereka menangis karena kesuksesan
Bukan karena sebuah kegagalan
Jangan kau jadikan jimat
Buku dan alat tulis mu yang kau bawa pulang pergi setiap hari
Gunakan lah mereka untuk kau menuntut ilmu
Jangan menyerah, kawan..
Jadikan ini sebuah tantangan
Walau soal demi soal sulit terasa
Walau tugas demi tugas menguras pikiran dan tenaga
Kita harus tetap belajar dan berdo’a
Kita pasti bisa menjadi juara!
Semangat teman,, gapai cita-cita yang ada di otak mu
Mulailah semangat baru di Hari Pendidikan nasional ini
Hari ini dan seterusnya adalah masa depan mu
Sukses adalah kita
Majulah terus siswa SMANSA ... !

A Love to Mom

Karya:Cristia
She came to give me a birth
She smiled to a crying baby
She gave her hand to wipe it dry,
Releasing the uncomfortable feeling of a small baby

She’s the biggest part of my happiness, why? and why?
She’s just like a sun that always be waited by each eye,
Just like the rain that makes me calm in my worries,
Just like a candle in the dark night
Just like a big wall that protects me,
She’s my everything that never can be changed

Love,
It’s different when I love mom,
Although they said that there’re so many love outside,
But I can’t find the bigger love than my love to Mom

Mom, don’t you know?
Under the pale moonlight, the rising star
I imagine how will my life be without you?
How can I breathe?
How can I get a little smile without you?
Who is the reason of my happiness?

In the silent night I pray,
I want to hear you say that you’ll never go before me,
Because there’d never been a love in this world when you are gone

Dimana Sekolahku

Karya: Amalia Rahmatianti
Langkah kaki kecil itu merapuh
Terus mencari apa yang ia ingini
Tapak demi tapak kakinya menyentuh tanah
Tanpa sedikitpun ragu, ia terus mencari
Serpihan demi serpihan, ia gali satu per satu
Tapi yang ditemukan hanyalah seonggok lonceng tua
Yang mengingatkanya pada panggilan belajar saat dulu
Tong... tong... tong...
Anak kecil itu membunyikan lonceng karat itu
Kemudian sunyi,
Tak ada lagi anak-anak yang berlarian menuju kelas seperti dulu
Ditatapnya nanar lonceng itu
Berharap sang lonceng bisa bercerita padanya
Tentang mengapa tak ada lagi anak-anak yang berlarian
Diedarkannya pandangan mata ke sekelilingnya
Bak lautan sampah, puing-puing bangunan itu kini berserakan dimana-mana
Seolah menyesaki hati si anak kecil
“Dimana sekolahku?
Dimana tempatku belajar dulu”, tanya sang anak pada hati kecilnya
Tapi sayangnya tak ada jawaban
Hanya terdengar angin yang menerbangkan kertas-kertas putih
Gedung kokoh yang dulu tempatnya menimba ilmu
Kini berubah menjadi lautan serpihan masa lalu
Semuanya telah hancur, menggunung ibarat tumpukan sampah
Kembali sang anak melihat ke sampingnya, ditatapnya dengan miris
Diejanya satu per satu kata pada sebuah papan putih di sana
Papan putih yang bertuliskan “Proyek Timah Negara”

Kartini

Karya :Nina Paulina
Tatapan hangat...
Sorot pandanganmu
Lekuk bibir,satukan nada...
Rautmu pelopor emansipasi kekuatan wanita berkreasi

Ibu Kartini....
Sosokmu anugrahkan motivasi
Gulir tulisanmu sembahyangkan sensasi
Terguncang ambisi,tertuang emosi
Muliamu tak terdefinisi
Ikatan surya yang gantikan mentari
Kenanganmu selalu di hati
Tegamu....
Meluapkan rotasi,menyambar jiwa untuk selalu berbudi

Kini....
Hangatmu....
Dengarkan tawa
Kita bisa karena setara
Bersama melangkah ,luapkan aksi jiwa dalam tabir lukisan angkasa.
Hormat kami pada petuah
Terima kasih wahai pelopor emansipasi
Walau hidup tak pernah bersuah
Mahakarya tak kan pernah mati

Jangan Lupakan Ibu Kartini

Karya: Cristika

Kudengar tentang Ibu Kartini
Pembawa lentera dalam gulita
Dia berjuang
Dengan kelapangan hati dan pikirannya
Mendobrak angkuhnya hegemoni tak berarti
Dia memapah kaumnya
Terbebas dari pasungan bisu
Keluar dari penjajahan diskriminasi
Menuntun dalam tapak titian masa depan
Yang lebih bermakna

Dia ksatria dalam anggunnya
Tak pernah menyerah meski lelah berdarah
Dia perkasa dalam diamnya
Berteriak dalam surat tangannya
Arungi samudra dan benua
Berjuang demi kaumnya
Habis gelap terbitlah terang

Maka pantaskah kita menyerah, saudara ?
Dalam terang ia perjuangkan bagi kita
Pantaskah kita hanya berpangku tangan, terdiam ?
Sementara Ibu Kartini berlari, berteriak pada dunia
Saudara, jangan lupakan Ibu Kartini

Mengapa Tidak ?

Diusiaku yang sudah menginjak 18 tahun, ayahku masih saja melarangku membantu pekerjaannya di kebun apel. Aku hanya disuruh duduk manis di pondok kecil sambil melihat ayah dan pegawai-pegawainya bekerja. Ayahku selalu berkata, “Kamu seorang wanita muda, kau lebih cocok bekerja di dapur. Tenaga wanita tidak dibutuhkan di bidang perkebunan. Apa kau mengerti ?”. Ribuan kali ku dengar ucapan itu. Dan setiap kali mendengarnya, aku selalu berpikir, “Mengapa tidak boleh ? Padahal derajat manusia itu sama. Kenapa wanita tidak boleh bekerja di perkebunan ? Bukankah wanita juga punya hak dalam memilih apa yang mereka minati ?”. Disaat aku mengatakan tentang yang ku pikirkan, ayah selalu menghela nafas dan pergi meninggalkan ku. Apa yang salah ? Bukankah aku benar ?

Senin, 18 Maret 2013

Selasa, 05 Maret 2013

Pelestarian Alam dengan Menanam Bakau

Pada hari Minggu tanggal 30 September 2012, siswa SMANSA Sungailiat yang merupakan anggota eskul Jurnalistik, Pramuka, Paskibra, KIR dan PMR, dengan didampingi oleh kepala sekolah (Darusman Taufik, red.) dan beberapa orang guru/pegawai, mengadakan penanaman Bakau di Pantai Rebo. Kegiatan ini merupakan salah satu program sekolah yang didanai oleh APBN melalui program partnersip, yang bekerjasama dengan Yayasan IKEBANA.

Musim kemarau yang membuat perjalanan untuk sampai ke tempat pelestarian alam di tepi pantai rebo tidaklah mudah, tidak membuat semangat para siswa luntur. Mereka semakin merasa tertantang untuk dapat sampai ke tempat tujuan dimana mereka akan menanam bakau. Siswa/i sangat antusias, karena langsung berhubungan dengan lingkungan, bisa menikmati alam luar dan juga dapat berkumpul, bermain, dan bersendau gurau antara murid kelas X dan XI. Bagi mereka, acara ini sangat mengasyikkan karena mereka dapat belajar bagaimana menanam cara bakau dan suatu saat mereka dapat merasakan manfa’at dari pohon bakau yang mereka tanam.

Seperti yang disampaikan oleh oleh ketua yayasan IKEBANA (Ervawi, red.) bahwa dengan menanam bakau yang dilakukan oleh siswa/i pada hari ini, dapat menjadi suatu ladang amal dikemudian hari dari do’a orang-orang yang akan merasakan manfaat dari penanaman bakau ini. Pembina OSIS (Aswin, red.) mengatakan bahwa acara penanaman bakau ini sangat baik dan bernilai positif, karena siswa pun dapat belajar bagaimana caranya menanam bakau dengan baik dan benar.

Kepala sekolah sangat mendukung kegiatan penanaman bakau ini. Karena kegiatan seperti ini dapat menghindarkan siswa dari perbuatan-perbuatan negatif (seperti tawuran yang dilakukan oleh siswa/i yang ada di kota besar). Beliau berpesan agar kegiatan positif seperti yang dilakukan siswa/i hari ini (30/9) dapat dilakukan oleh siswa/i dari kegiatan ekskul yang lain, karena manfaat dari menanam pohon bakau ini sangatlah banyak. Selain dalam mengurangi abrasi pantai, tanaman bakau merupakan tempat ekosistem hewan air misalnya ikan, udang dan kepiting remangok (kepiting air tawar).

Jumlah bakau yang ditanam pada hari ini sebanyak 300 bibit bakau, dibantu oleh Mang Kalo sebagai orang yang sangat berjasa dalam merawat dan melestarikan tanaman bakau yang telah ditanam di daerah ini.

Kegiatan pelestarian alam yang dilakukan oleh siswa SMANSA Sungailiat ini diakhiri dengan acara membakar ikan dan makan bersama. (Tim).

SMAN 1 Sungailiat Adakan Pelepasan Siswa Kelas XII tahun 2011/2012

Tanggal 26 Juni, 2012, Gedung Serbaguna SMA N 1 Sungailiat diapadati para siswa dan orang tua yang datang dalam rangkat pelepasan sekaligus pengumuman kelulusan siswa siswi SMA N 1 Sungailiat tahun Jajaran 2011/2012, yang lulus pada tahun ini. Acara pelepasan ini berlangsung meriah, dan diramaikan oleh pementasan –pementasan karya seni oleh siswa kelas XI dan X yang ikut berpartisipasi . Siswa dan siswi ini menampilkan Dram dalam bahasa Inggris, tari daerah, serta paduan suara. Turut hadir dalam acara ini Bupati Bangka H.Yusroni Yazid selaku Bupati Kab. Bangka membuka acara pelepasan. Dalam acara pelepasan ini juga diumumkan siswa peraih nilai teringgi untuk masing-masing mata pelajaran yang diujiankan.

Salah satu siswa dari kelas XII IPA 1 Stevy Liura meraih nilai tertinggi untuk mata pelajaran Matematika dengan nila 10,0. Suparna selaku guru mata pelajaran Matematika mengaku bangga dengan prestasi yang telah diraih Stevy dan berharap kedepannya prestasi semacam ini dapat terus dipertahankan serta ditingkatkan. Acara Pelepasan ini diwarnai haru biru para siswa dan orang tua setelah mereka mengetahui bahwa semua siswa lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan, semua siswa kelas XII tahun ini lulus 100 %.

LINTAS SMANSAku In News (periode Mei – Juni 2012)

  1. Siswa/i yang mengikuti Lomba FLS2N Tingkat Kabupaten Bangka dari tanggal 30 April s.d. 8 Mei 2012: untuk kategori Tari kreasi (Sarda dan Rian) meraih jura 1, penyanyi solo (Febian) meraih juara 1, pada tanggal 28 – 30 Mei mewakili Kabupaten Bangka berlomba di tingkat Propinsi dan siswa a.n. Febian meraih juara 1 di tingkat Propinsi dan berhak mewakili Propinsi Babel di Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Lombok.
     
  2. Siswa/i yang mengikuti Lomba Bujang Miak Bangka pada malam grand final tanggal 6 Mei 2012, a.n. Mizan meraih predikat Bujang Bangka, Redy meraih predikat Bujang Pariwisata Bangka dan Laras meraih predikat Miak Favorite Bangka.
  3. Siswa/i peserta O2SN Tingkat Propinsi yang dimulai dari tanggal 10 s.d. 12 Mei 2012, membawa pulang mendali, yaitu Rindang (untuk cabang Atletik) juara 1/medali emas 100 meter putra, Batin Galang Putra (cabang Karate) juara 2/mendali perak karate kata perorangan putera, Rama Dede (cabang Tenis Meja) juara 2/mendali perak bulu tangkis tunggal putera, Andesta (cabang Karate) juara 2/mendali perak komite bebas putera, dan Arum (cabang Pencak Silat) juara 3/mendali perunggu seni pencak silat puteri.
     
  4. Siswa/i peserta POPDA Tk. Propinsi yang dimulai dari tanggal 15 s.d. 20 Mei 2012, membawa pulang mendali, yaitu Rindang (cabang Atletik: lari) meraih 4 mendali emas, Gulam (cabang atletik: lompat jauh, lari dan estafet) meraih 3 mendali emas dan 1 mendali perunggu, Vina (cabang pencak silat) meraih 1 mendali emas dan 1 mendali perunggu, Rio dan M. Fajar (cabang atletik: beregu takraw) meraih 1 mendali emas.
     
  5. Rombongan Pramuka Putri yang berangkat ke Bandung Tanggal 24 – 27 Mei 2012 untuk mengikuti perlombaan PBB Pramuka Penegak 1 tingkat Nasional, berhasil meraih juara 2 Putri Terbaik dan juara 2 Danton Terbaik, serta juara 2 Mabigus Terbaik. Selain kegiatan perlombaan yang diikuti oleh 16 orang siswi pramuka, Zaima Gusniar yang mewakili Kepala Sekolah mengikuti kegiatan Seminar Nasional Pola Pembinaan Penegak Di Gugus Depan.
     
  6. Siswa/i yang bergabung dalam ekstrakurikuler Rohis bekerjasama dengan OSIS SMANSA Sungailiat, pada hari Kamis tanggal 14 Juni 2012 menyelenggarakan kegiatan “Motivation Trainning” dengan trainer Hendi Kurniah dari “iMASTER Bandung”. Kegiatan yang mengusung tema “Menjadi Pelajar Sukses”, merupakan agenda tahunan perdana yang diselenggarakan oleh ekskul Rohis. Menurut Pembina Rohis, Hj. Nurlela, kegiatan yang sama diharapkan dapat dilaksanakan dengan even yang lebih besar lagi dengan diikuti oleh semua siswa SMANSA.

    (Waka. Humas)

LINTAS SMANSAku In News (periode 12 April s.d. 10 Mei 2012)

  1. Seluruh siswa/i kelas XII.IPA dan XII.IPS SMAN 1 Sungailiat, telah mengikuti Ujian Nasional dari tanggal 16 s.d. 19 April 2012. Satu hari setelah UN, sebagian siswa langsung berangkat ke luar daerah Bangka untuk memperdalam pengetahuannya (Bimbel) dalam menghadapi ujian tertulis SMPTN maupun untuk menghadapi berbagai tes yang diadakan oleh sekolah kedinasan.
     
  2.  Berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tanggal 4 April 2012 bahwa 5 orang siswa/i yang mengikuti Lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten Bangka, dinyatakan sebagai pemenang lomba yang berhak mewakili Kabupaten Bangka ke Tingkat propinsi adalah: Toni Indrawan meraih juara 1 untuk mata pelajaran Kimia; Indah Nur Rizki dan Risma masing-masing meraih peringkat 1 dan 3 untuk mata pelajaran Ekonomi; M. Fauzan Kurniawan meraih peringkat 2 untuk mata pelajaran matematika; Ahmad Sebastian meraih peringkat 2 untuk mata pelajaran Biologi; dan Dimas Maulana Agustian meraih peringkat untuk mata pelajaran Astronomi.
     
  3.  Siswa a.n. Ahmad Sebastian dan Elisa pada kegiatan lomba siswa/i berprestasi tanggal 20 April 2012, masing-masing dinyatakan sebagai juara 1 dan 3 Siswa/i Berprestasi Tingkat Kecamatan Sungailiat, dan sebagai juara 1 kategori putra maka Ahmad Sebastian berhak mewakili Kecamatan Sungailiat dalam kegiatan siswa berprestasi Tingkat Kabupaten Bangka.
     
  4. SMANSA Sungailiat dinyatakan sebagai Juara Umum dalam kegiatan lomba O2SN tingkat SMA Kabupaten Bangka tanggal 20 s.d. 21 April 2012. Adapun daftar juara yang diraih oleh SMANSA adalah sbb:

    Juara 1 : Atletik 100 m (Rindang Prastia); Karate Kata Perorangan Putra (Galang); Tenis Meja Putri (Dini Papaeti); Pencak Silat Seni Tunggal (Arrum Desbrilia); Bulu Tangkis Tunggal Putra (Rama Dede).

    Juara II : Atletik Lompat Jauh (Gulam Zaki); Atletik 100 m Putri (Yunita); Bulu Tangkis Putri (Tiara); Karate Kata Perorangan Putri (Augita); Karate Komite Perorangan Putra (Andesta).

    Juara III : Atletik Lompat Jauh Putri (Sari Pratiwi); Pencak Silat Putra Kelas F (M. Kevin); Karate Kata Perorangan Putri (Augita).
     
  5. Siswa/i yang mengikuti Lomba Yel-Yel RRI dengan Tema “Cintai Lingkungan” pada tanggal 22 April 2012, memperoleh juara ke-2.
     
  6. Sekda Kabupaten Bangka yang sekaligus merupakan Ketua Komite SMAN 1 Sungailiat,Tarmizi Saat, menjadi Pembina Upacara pada hari Senin tanggal 23 April 2012. Pada kesempatan tersebut, Tarmizi memberikan hadiah kepada pihak sekolah atas prestasi di bidang olah raga baik sebagai juara LPI Kab. Bangka maupun sebagai Juara Umum O2SN Tingkat SMA Kab. Bangka.
     
  7. Hari Rabu tanggal 25 Mei 2012, Guru-guru SMANSA yang telah membuat PTK (penelitian tindakan kelas), mengadakan seminar hasil PTK di ruang Lab. Biologi SMANSA Sungailiat.
     
  8. Siswa/i yang mengikuti Lomba FLS2N Tingkat Kabupaten Bangka dari tanggal 30 April s.d. 8 Mei 2012: untuk kategori Tari kreasi (Sarda dan Rian) meraih jura 1, penyanyi solo (Febian) meraih juara 1, drama (abrar, bismar, rian, maharani, safira, dan mo’e) meraih juara 2, Ngaji Putra/i (Nurul dan Fathul) meraih juara 1, Kerajinan (Dahlia) meraih juara 2, Baca Puisi (Aqidah) meraih juara 3, dan Cipta Puisi (Nina) meraih juara 2. Untuk siswa/i a.n. Sarda, Rian, Febian, Nurul dan Fathul Ilmi (@juara 1) berhak mewakili Kab. Bangka pada lomba FLS2N di tingkat Propinsi.
     
  9. Hari Kamis tanggal 3 Mei 2012 bersamaan dengan kedatangan Tim AMINEF Jakarta (Ceacealia) dalam rangka membicarakan proses kerjasaman untuk program Fulbright English Teaching Assistantship (ETA), guru-guru SMANSA Sungailiat mengikuti kursus bahasa inggris dengan tim pengajar Arfandi dan Puspita Halim.
     
  10. Siswa/i yang mengikuti Pawai Budaya pada tanggal 5 Mei 2012 dalam rangka memperingati HUT Kota Sungailiat ke-246, meraih juara harapan 1.
     
  11. Siswa/i yang mengikuti lomba Lintas Bukit Betung pada tanggal 6 Mei 2012, untuk kategori putri meraih juara 3 dan harapan 1.
     
  12. Siswa/i yang mengikuti Lomba Bujang Miak Bangka pada malam grand final tanggal 6 Mei 2012, a.n. Mizan meraih predikat Bujang Bangka, Redy meraih predikat Bujang Pariwisata Bangka dan Laras meraih predikat Miak Favorite Bangka.

    (Waka. Humas)

INFO SMANSAku In News (periode 19 Maret s.d. 11 April 2012)

  1. Pengumunan kelulusan siswa kelas XII dalam seleksi beasiswa BATAN untuk tahun ajaran 2011/2012 melalui guru BP/BK, Verania Lilia, menyatakan bahwa sebanyak 16 (enam belas) a.n. anggita, shendy, hilda, tri, stevy, husnul, andrian, rizky, dewi, lolika, felix, ikhwan, fitria, erlin, abu dan arya berhak menjadi calon penerima beasiswa BATAN. Untuk dapat dinyatakan sebagai peserta yang berhak mendapat beasiswa BATAN, ke-16 siswa tersebut masih harus berjuang untuk dapat lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui SMPTN jalur undangan dengan PT yang telah ditentukan BATAN, yaitu ITB, UGM, UI dan STTN, maupun berjuang melalui jalur SMPTN tertulis yang dilaksanakan secara nasional. Tanggal 5 April 2012 telah ada pengumuman dari STTN dan 3 orang sudah dinyatakan lulus a.n. lolika, fitria, dan shendy untuk jurusan elektronika instrumentasi dan elektromekanik. 
  2. Tanggal 25 Mei 2012 jalur SMPTN jalur undangan baru akan diumumkan siapa siswa yang dinyatakan lulus.Sebanyak 213 siswa kelas XII SMAN 1 Sungailiat, telah mengikuti Ujian Praktek mulai tanggal 20 s.d tanggal 26 Maret 2012.
     
  3. Hari Kamis tanggal 22 Maret 2012, 3 siswa a.n. ayu, ariska, sinta yang mengikuti seleksi program keahlian pramugari/a bersama P3N dan dinyatakan berhak untuk mengikuti pelatihan bersama P3N.
     
  4. Hari Rabu tanggal 28 Maret 2012, orang tua siswa kelas XII mengikuti kegiatan sosialisasi UN bersama Waka. Kurikulum (Sri Handayani) dan bersamaan dengan kegiatan tersebut, disampaikan pula hasil Try Out ke-2 kepada 213 orang tua siswa yang hadir pada acara tersebut melalui wali kelas masing-masing siswa. Pada TO ke-2, yang merupakan TO bersama seluruh siswa SMA/sederajat di Kab. Bangka yang dikoordinir oleh MKKS Kab. Bangka, SMAN 1 menduduki peringkat pertama dalam perolehan nilai tertinggi.
     
  5. Try Out (TO) ke-3 Siswa Kelas XII, tanggal 2 s.d. 5 April 2012 merupakan salah satu persiapan terakhir siswa menghadapi Ujian Nasional tanggal 16 s.d. tanggal 19 April 2012.
     
  6. Ujian Tengah Semester tanggal 2 s.d. tanggal 7 April 2012 diikuti oleh 223 siswa kelas X dan 207 siswa kelas XI.
     
  7. Sebanyak 39 siswa/i kelas X dan XI, mengikuti seleksi Olimpiade Sains (OSN) tingkat Kab. Bangka Tahun 2012, hari selasa tanggal 3 April 2012 di SMPN 2 Sungailiat.
     
  8. Mulai hari Rabu tanggal 4 s.d. hari Jum’at tanggal 6 April 2012, siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler PKS yang didampingi oleh Waka Kesiswaan (Zaima) dan Pembina PKS (Iwan), mengikuti pelatihan keterampilan “polisi sekolah” dengan instruktur dari anggota Kapolres Kabupaten Bangka (Zaman dan Eko).
     
  9. Hari Sabtu tanggal 7 April 2012, sebanyak 9 siswa kelas X dan XII a.n. tio, mizan, ready, risma, agustina, laras, ika, febiola, bimo mengikuti seleksi pemilihan Bujang dan Miak Bangka, yang diselenggarakam oleh Dinas Pariwisata Kab. Bangka. Dari Sembilan siswa yang mengikuti seleksi, 5 orang siswa masuk ke babak final a.n. mizan (XI.IPA-2), ready (XI.IPS-3), risma (XI.IPS-2), dan laras (XG).
     
  10. Hari Sabtu tanggal 7 April 2012 bertempat di Gedung Serba Guna SMANSA, Kapolres Kab. Bangka memberikan pengarahan dan pembinaan kepada siswa kelas XII bersamaan dengan kegiatan acara sosialisasi Akademi Kepolisian.
     
  11. Grup sepak bola SMANSA dengan pelatih pembina ektrakurikuler sepak bola (usman), hari Sabtu tanggal 7 April 2012 bertanding melawan SMA Puding pada babak final Liga Pendidikan Indonesia (LPI) Kab. Bangka dan meraih kemenangan dengan skor 1 - 0. Kemenangan ini mengantarkan grup sepak bola SMANSA ke LPI tingkat propinsi mewakili Kab. Bangka. Bravo!!!
     
  12. Hari Rabu tanggal 11 April 2012, siswa kelas XII melakukan do’a bersama yang dikoordinir oleh Pembina Rohis (Hj. Nurlaela) dalam menghadapi Ujian Nasional tanggal 16 s.d. 19 April 2012.

    (Waka. Humas)